Kelebihan Padi China yang Bikin Luhut Kepincut
Zulkifli Fahmi
Selasa, 30 April 2024 12:52:00
Murianews, Jakarta – Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan baru-baru ini menceritakan ketertarikannya menggaet China untuk mengembangkan pertanian Indonesia, salah satunya soal produksi padi.
Upaya kerja sama itu bahkan sudah dilaporkan ke Presiden Joko Widodo (Jokowi). Rencananya, kerja sama itu dilakukan di Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.
Dalam penjelasan Luhut, Kalimantan Tengah memiliki luas lahan 1 juta hektare. Namun, China akan mencoba penanaman di 100 ribu hektare lebih dulu.
“Soal padi, saya sudah lapor pak Presiden. Kita minta mereka (China) memberikan teknologi padi mereka, di mana mereka sukses jadi swasembada. Mereka bersedia. Kita tinggal cari local partner-nya untuk membuat di Kalimantan Tengah,” ucap Luhut seperti dikutip dari Instagram miliknya, @luhut.pandjaitan, Jumat (26/4/2024).
Negeri Tirai Bambu itu memang dikenal dengan inovasinya pada pengembangan tanaman padi. Bahkan, China berhasil mencapai swasembada beras, salah satunya berkat inovasi padi hibdrida.
Padi hibrida membuat hasil panen bisa dua kali lipat dari biasanya. Inovasi ini ditemukan oleh Yuan Longping pada 1962. Sejarah membuktikan, temuan Yuan Longping menjadi terobosan baru di bidang pangan.
Berkatnya, China dan banyak negara lain mengalami kenaikan produksi dalam skala luar biasa. Jutaan masyarakat pun tak jadi mati kelaparan.
Lantas seperti apa padi hibrida ini hingga membuat Indonesia dan negara-negara lain kepincut untuk mengembangkan di negaranya.
Melansir dari berbagai sumber, padi hibrida disebut-sebut menjadi solusi untuk mencapai swasembada pangan. Bagaimana tidak, padi hibrida mampu menghasilkan panen dua kali lipat dari padi lokal.
Tak hanya itu, butiran padi yang dihasilkan juga lebih bagus, sehingga kualitas nasi lebih pulen dan wangi. Varietas ini merupakan varietas yang hanya sekali tanam.
Salah satu varietas padi hibrida adalah varietas Yuang Longping yang ditemukan Yuan Longping asal China. Padi China ini dikembangkan dengan mengawinkan benih padi Jantan yang mandul dengan benih padi yang lain.
Panemuan ini dilakukan Yuan sekitar 10 tahun usai bencana kelaparan di China pada 1960-an lalu. Yuan yang mengalami periode itu prihatin dan ingin agar bencana itu tak kembali terjadi di masa mendatang.
Mengutip dari South China Morning Post, padi hibrida Yuang Longping kemudian diterapkan secara massal pada 1976. Hasilnya, produksi padi di China mencapai 20-30 persen lebih banyak dibanding biasanya.
Mulanya, benih padi Yuang Longping itu ditaham di lahan seluas 16 juta hektare di China. Lahan tersebut diketahui hanya memiliki tingkat kesuburan sekitar 9 persen saja.
Padi China ini juga diklaim mampu menghasilkan panen 16 ton per hektare. Kemampuan itu kemudian membuat kepincut negara-negara lain.
Tercatat, Australia, Inggris, Mesir, italia, Jepang, AS, termasuk Indonesia pernah menerapkan padi hibrida temuannya. Sayangnya, percobaan penanaman di Indonesia gagal.
Itu terjadi pada masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Benih tersebut didatangkan dari perusahaan China untuk tujuan swasembada pangan di Indonesia.
Itu diungkapkan Pengamat Pertanian Khudori. Menurutnya, China memang tersohor dapam pengembangan benih hibrida.
”Di beberapa tempat padi hibrida yang ditanam petani terserang penyakit. Ini menandakan, tidak mudah mengintroduksi sistem usaha tani, benih salah satunya. Pasti butuh inovasi tambahan. Inovasi ketahanan penyakit misalnya,” ujarnya dikutip dari CNBC.
Murianews, Jakarta – Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan baru-baru ini menceritakan ketertarikannya menggaet China untuk mengembangkan pertanian Indonesia, salah satunya soal produksi padi.
Upaya kerja sama itu bahkan sudah dilaporkan ke Presiden Joko Widodo (Jokowi). Rencananya, kerja sama itu dilakukan di Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.
Dalam penjelasan Luhut, Kalimantan Tengah memiliki luas lahan 1 juta hektare. Namun, China akan mencoba penanaman di 100 ribu hektare lebih dulu.
“Soal padi, saya sudah lapor pak Presiden. Kita minta mereka (China) memberikan teknologi padi mereka, di mana mereka sukses jadi swasembada. Mereka bersedia. Kita tinggal cari local partner-nya untuk membuat di Kalimantan Tengah,” ucap Luhut seperti dikutip dari Instagram miliknya, @luhut.pandjaitan, Jumat (26/4/2024).
Negeri Tirai Bambu itu memang dikenal dengan inovasinya pada pengembangan tanaman padi. Bahkan, China berhasil mencapai swasembada beras, salah satunya berkat inovasi padi hibdrida.
Padi hibrida membuat hasil panen bisa dua kali lipat dari biasanya. Inovasi ini ditemukan oleh Yuan Longping pada 1962. Sejarah membuktikan, temuan Yuan Longping menjadi terobosan baru di bidang pangan.
Berkatnya, China dan banyak negara lain mengalami kenaikan produksi dalam skala luar biasa. Jutaan masyarakat pun tak jadi mati kelaparan.
Lantas seperti apa padi hibrida ini hingga membuat Indonesia dan negara-negara lain kepincut untuk mengembangkan di negaranya.
Melansir dari berbagai sumber, padi hibrida disebut-sebut menjadi solusi untuk mencapai swasembada pangan. Bagaimana tidak, padi hibrida mampu menghasilkan panen dua kali lipat dari padi lokal.
Tak hanya itu, butiran padi yang dihasilkan juga lebih bagus, sehingga kualitas nasi lebih pulen dan wangi. Varietas ini merupakan varietas yang hanya sekali tanam.
Salah satu varietas padi hibrida adalah varietas Yuang Longping yang ditemukan Yuan Longping asal China. Padi China ini dikembangkan dengan mengawinkan benih padi Jantan yang mandul dengan benih padi yang lain.
Panemuan ini dilakukan Yuan sekitar 10 tahun usai bencana kelaparan di China pada 1960-an lalu. Yuan yang mengalami periode itu prihatin dan ingin agar bencana itu tak kembali terjadi di masa mendatang.
Mengutip dari South China Morning Post, padi hibrida Yuang Longping kemudian diterapkan secara massal pada 1976. Hasilnya, produksi padi di China mencapai 20-30 persen lebih banyak dibanding biasanya.
Mulanya, benih padi Yuang Longping itu ditaham di lahan seluas 16 juta hektare di China. Lahan tersebut diketahui hanya memiliki tingkat kesuburan sekitar 9 persen saja.
Padi China ini juga diklaim mampu menghasilkan panen 16 ton per hektare. Kemampuan itu kemudian membuat kepincut negara-negara lain.
Tercatat, Australia, Inggris, Mesir, italia, Jepang, AS, termasuk Indonesia pernah menerapkan padi hibrida temuannya. Sayangnya, percobaan penanaman di Indonesia gagal.
Itu terjadi pada masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Benih tersebut didatangkan dari perusahaan China untuk tujuan swasembada pangan di Indonesia.
Itu diungkapkan Pengamat Pertanian Khudori. Menurutnya, China memang tersohor dapam pengembangan benih hibrida.
”Di beberapa tempat padi hibrida yang ditanam petani terserang penyakit. Ini menandakan, tidak mudah mengintroduksi sistem usaha tani, benih salah satunya. Pasti butuh inovasi tambahan. Inovasi ketahanan penyakit misalnya,” ujarnya dikutip dari CNBC.