Ngaji NgAllah Suluk Maleman
Gus Mus: Hanya Manusia Lemah yang Korup
Zulkifli Fahmi
Minggu, 19 Mei 2024 19:43:00
Murianews, Pati – KH Ahmad Musthofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus menyebut hanya orang-orang yang lemah yang berperilaku korup.
Saat menjadi pembicara Ngaji NgAllah Suluk Maleman, Gus Mus menilai seorang koruptor tak dapat menjaga muruah atau kehormatannya sebagai manusia.
Ia kemudian mengutip sebuah hadist yang menegaskan, Allah lebih mencintai mukmin yang kuat. Dalam hal ini, tak hanya kuat secara jasmani namun juga rohani.
”Kalau dirunut akhlak atau budi pekerti mulia itu sumbernya pasti dari kekuatan. Sebaliknya segala sesuatu yang buruk senantiasa berasal dari kelemahan,” katanya, Sabtu (18/5/2024).
Gus Mus menyebut perilaku korup bermula dari sikap lemah pada dunia. Bahkan sekaya apapun jika masih lemah tentu ingin mendapatkan yang lebih lagi.
”Membayangkan anaknya lapar saja tidak kuat. Akhirnya mempersetankan norma, rakyat, bahkan dari mana asal harta tersebut. Berbeda dengan orang yang loman (dermawan, red) yang tidak pernah takut melarat saat bersedekah,” demikian sambungnya.
Tokoh asal Rembang itu kemudian menceritakan doa Nabi Muhammad yang memilih miskin. Dalam doanya Nabi memohon hidup miskin, mati dalam keadaan miskin dan dibangkitkan bersama orang-orang miskin. Padahal Nabi bisa saja memilih untuk kaya.
”Kanjeng Nabi itu bisa memilih karena beliau kuat hidup dalam dua situasi tersebut. Kuat saat kaya, kuat juga saat miskin. Beda dengan kita yang tidak bisa memilih, karena kenyataannya tidak kuat ketika kaya, tapi miskin juga karena terpaksa,” sambung Gus Mus.
Pengasuh pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang itu menyebut salah satu cara agar bisa menjadi kuat adalah dengan riyadhoh. Riyadhoh dalam pengertian aslinya bukan hanya mengolah jiwa, tapi juga bisa bermakna mengolah raga.
”Kanjeng Nabi mengajari keduanya. Kuat secara jasmani dan rohani,” katanya.
Gus Mus menyebut, sikap istiqamah hanya bisa dilakukan orang yang kuat, bukan mereka yang lemah. Ia kemudian menceritakan bagaimana kuatnya Nabi Muhammad saat kali pertama harus berjuang menghadapi masa jahiliyah seorang diri.
”Sekarang ini sudah banyak kawan saja masih maju mundur untuk berjuang,” ujarnya.
Gus Mus kemudian mengingatkan, dalam Alquran, dunia diciptakan untuk manusia. Namun, karena tak kuasa dengan pemberian itu, justru manusialah yang akhirnya dikuasai dunia.
“Kalau sudah kalah dengan dunia maka akan kehilangan muruah,” tegas Gus Mus.
Sementara itu, Penggagas Suluk Maleman, Anis Sholeh Baasyin menceritakan dawuh dari Mbah Dullah Salam (KH Abdullah Salam dari Kajen, Pati, red) saat menimpali paparan Gus Mus.
Dalam dawuhnya, Mbah Dullah mengatakan, sebagai makhluk yang paling unggul, mengapa manusia bangga bila bisa terbang, padahal itu bisa dilakukan burung?
Untuk apa bangga bisa berjalan di atas air, padahal itu bisa dilakukan ular? Untuk apa bangga bila bisa kebal, padahal itu bisa dilakukan oleh batu? Bukankah kedudukan manusia lebih tinggi dari batu, ular atau burung?
”Bukankah dengan itu semua, manusia justru sedang merendahkan kehormatannya sebagai manusia?” ujar Anis Sholeh Baasyin mengingat dawuh Mbah Dullah Salam.
KH Ahmad Nawawi Kholil dari Rembang menyebut, menjaga muruah sama halnya menjaga nama yang diberikan orang tua. Sebab, setiap nama yang diberikan tersimpan doa sekaligus kehormatan orang tua.
”Setiap nama pasti punya makna. Maka secara tidak langsung kita harus menjaga kehormatan nama tersebut dengan tidak melakukan tindakan-tindakan yang bisa mencederainya,” demikian jelasnyai.
Jalannya Ngaji NgAllah Suluk Maleman edisi ke-149 itu juga spesial dengan pembacaan cerita pendek dari sastrawan Budi Maryono dari Semarang.
Dengan sangat baik Budi membaca cerita pendek berjudul Lambang, yang berkisah tentang ketersinggungan dan kemarahan para tikus yang dijadikan lambang koruptor oleh manusia.



