Penyebab Fenomena Bediding Selimuti Jawa
Zulkifli Fahmi
Selasa, 16 Juli 2024 09:05:00
Murianews, Kudus – Fenomena bediding atau mbedhidhing alias suhu dingin terjadi di sejumlah wilayah Indonesia, termasuk pulau Jawa. Suhu dingin yang terjadi beberapa waktu terakhir ini jadi sorotan.
Terpantau, sejumlah wilayah di pulau Jawa, terpantau memiliki suhu dingin di malam dan pagi hari. Bahkan, di Dieng, Banjarnegara suhunya mencapai minus 1,77 derajat celcius.
Deputi Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto mengatakan, fenomena suhu dingin memang rutin terjadi setiap tahunnya, terlebih pada musim kemarau.
’’Orang Jawa menyebutnya mbedhidhing,’’ kata Guswanto, seperti dikutip Murianews.com dari Kompas.com, Selasa (16/7/2024).
Guswanto mengatakan, penyebab suhu dingin yang terjadi akhir-akhir ini karena adanya angin muson yang bertiup dari Australia. Angin ini bertiup dari Australia ke Asia melewati perairan Samudera Hindia dan wilayah Indonesia.
Samudera Hindia sendiri memiliki suhu permukaan laut yang relatif rendah atau dingin. Sedangkan, angin muson Australia bersifat kering dan membawa sedikit uap air.
Kondisi itu memengaruhi musim kemarau di Indonesia. Termasuk fenomena suhu dingin pada wilayah yang dilewati angin muson Australia.
’’Apalagi pada malam hari, di saat suhu mencapai titik minimumnya,’’ ujar Guswanto.
Guswanto menjelaskan, suhu dingin ini terjadi di belahan selatan Khatulistiwa, seperti Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
Fenomena suhu dingin atau bediding ini diperkirakan terus terjadi menjelang puncak musim kemarau pada Juli-Agustus 2024. Guswanto memperkirakan, fenomena bediding terjadi hingga September 2024.
Dalam catatan BMKG, ada beberapa wilayah di Pulau Jawa yang merasakan suhu lebih dingin dibandingkan daerah lainnya. Wilayah ini berada di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Di antaranya, seperti Pegunungan Bromo yang mencakup Bromo, Tengger, dan Semeru. Kemudian Pegunungan Sindoro-Sumbing yang mencakup Wonosobo dan Temanggung di Jawa Tengah serta wilayah Lembang-Bandung, Jawa Barat.
Murianews, Kudus – Fenomena bediding atau mbedhidhing alias suhu dingin terjadi di sejumlah wilayah Indonesia, termasuk pulau Jawa. Suhu dingin yang terjadi beberapa waktu terakhir ini jadi sorotan.
Terpantau, sejumlah wilayah di pulau Jawa, terpantau memiliki suhu dingin di malam dan pagi hari. Bahkan, di Dieng, Banjarnegara suhunya mencapai minus 1,77 derajat celcius.
Deputi Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto mengatakan, fenomena suhu dingin memang rutin terjadi setiap tahunnya, terlebih pada musim kemarau.
’’Orang Jawa menyebutnya mbedhidhing,’’ kata Guswanto, seperti dikutip Murianews.com dari Kompas.com, Selasa (16/7/2024).
Guswanto mengatakan, penyebab suhu dingin yang terjadi akhir-akhir ini karena adanya angin muson yang bertiup dari Australia. Angin ini bertiup dari Australia ke Asia melewati perairan Samudera Hindia dan wilayah Indonesia.
Samudera Hindia sendiri memiliki suhu permukaan laut yang relatif rendah atau dingin. Sedangkan, angin muson Australia bersifat kering dan membawa sedikit uap air.
Kondisi itu memengaruhi musim kemarau di Indonesia. Termasuk fenomena suhu dingin pada wilayah yang dilewati angin muson Australia.
’’Apalagi pada malam hari, di saat suhu mencapai titik minimumnya,’’ ujar Guswanto.
Guswanto menjelaskan, suhu dingin ini terjadi di belahan selatan Khatulistiwa, seperti Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
Fenomena suhu dingin atau bediding ini diperkirakan terus terjadi menjelang puncak musim kemarau pada Juli-Agustus 2024. Guswanto memperkirakan, fenomena bediding terjadi hingga September 2024.
Dalam catatan BMKG, ada beberapa wilayah di Pulau Jawa yang merasakan suhu lebih dingin dibandingkan daerah lainnya. Wilayah ini berada di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Di antaranya, seperti Pegunungan Bromo yang mencakup Bromo, Tengger, dan Semeru. Kemudian Pegunungan Sindoro-Sumbing yang mencakup Wonosobo dan Temanggung di Jawa Tengah serta wilayah Lembang-Bandung, Jawa Barat.