Tips dari Ibnu Sina Biar Bisa Tembus jadi Profesor dengan Mudah
Ali Muntoha
Selasa, 13 Juni 2023 11:46:00
Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) ini mengatakan, stereotip bahwa profesor harus berambut putih dalam artian tua, sudah tidak berlaku lagi. Ia membuktikannya bisa meraih gelar guru besar di usia 33 tahun.
”Ada stigmanisasi dan stereotip yang muncul dibalik jabatan akademik profesor atau guru besar. Jadi mengapa tidak, stereotip dan stigma profesor harus berambut putih bisa dilunturkan?," kata Ibnu Sina dalam Webinar Komunitas SEVIMA, Selasa (13/6/2023).
Capaian menjadi guru besar menurut Ibnu Sina tidak terlepas dari dukungan institusi tempatnya bekerja.
Mulai dari karir awal sebagai dosen, ia terus dibimbing hingga penyusunan karya ilmiah oleh guru besar di UMJ. Selanjutnya terus dilakukan pendampingan dalam penyusunan strategi hingga mendapatkan pembiayaan secara mandiri oleh perguruan tinggi.
Baca: Prof Ibnu Sina Chandranegara, Guru Besar Bidang Hukum Termuda
Ia pun memberikan tips bagi yang ingin mengikuti jejaknya menjadi guru besar di usia muda. Tips itu yakni manajemen karir yang konsisten, perbanyak membuat karya ilmiah, dan selalu produktif menulis jurnal, dan atur rencana strategis secara jangka panjang.Kombinasi keempat tips tersebut ia contohkan seperti saat menulis jurnal. Jurnal tidak hanya harus ditulis secara baik isi dan gaya penulisannya, tapi juga di waktu-waktu yang tepat dan tidak banyak pesaing seperti saat liburan kuliah maupun akhir tahun.
Baca: Prof Umma Farida, Guru Besar Perempuan Pertama di IAIN KudusBegitupula saat menjadi narasumber acara maupun seminar yang menjadi kegiatan rutin dosen. Jangan hanya membuat power-point, tapi rancanglah esai sepanjang 5-7 halaman. Esai tersebut nantinya dapat diolah menjadi jurnal dan penelitian.”Menjadi guru besar tidak hanya tentang kecerdasan, tetapi juga tentang strategi. Misalnya ketika liburan kuliah, atau akhir tahun saat orang-orang Eropa sedang libur musim dingin, kita manfaatkan untuk menulis jurnal sehingga saingannya berkurang. Begitupula ketika menjadi narasumber acara, jangan buat power-point tapi buat esai 5-7 halaman. Ketika itu konsisten dilakukan, maka mimpi yang kita rancang bisa tercapai!," pungkasnya.
Murianews, Jakarta – Prof Ibnu Sina Chandranegara mencatatkan diri sebagai guru besar bidang hukum termuda di Indonesia dengan usia 33 tahun. Ia pun membagikan tips biar bisa cepat meraih gelar profesor atau guru besar.
Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) ini mengatakan, stereotip bahwa profesor harus berambut putih dalam artian tua, sudah tidak berlaku lagi. Ia membuktikannya bisa meraih gelar guru besar di usia 33 tahun.
”Ada stigmanisasi dan stereotip yang muncul dibalik jabatan akademik profesor atau guru besar. Jadi mengapa tidak, stereotip dan stigma profesor harus berambut putih bisa dilunturkan?," kata Ibnu Sina dalam Webinar Komunitas SEVIMA, Selasa (13/6/2023).
Capaian menjadi guru besar menurut Ibnu Sina tidak terlepas dari dukungan institusi tempatnya bekerja.
Mulai dari karir awal sebagai dosen, ia terus dibimbing hingga penyusunan karya ilmiah oleh guru besar di UMJ. Selanjutnya terus dilakukan pendampingan dalam penyusunan strategi hingga mendapatkan pembiayaan secara mandiri oleh perguruan tinggi.
Baca: Prof Ibnu Sina Chandranegara, Guru Besar Bidang Hukum Termuda
Ia pun memberikan tips bagi yang ingin mengikuti jejaknya menjadi guru besar di usia muda. Tips itu yakni manajemen karir yang konsisten, perbanyak membuat karya ilmiah, dan selalu produktif menulis jurnal, dan atur rencana strategis secara jangka panjang.
Kombinasi keempat tips tersebut ia contohkan seperti saat menulis jurnal. Jurnal tidak hanya harus ditulis secara baik isi dan gaya penulisannya, tapi juga di waktu-waktu yang tepat dan tidak banyak pesaing seperti saat liburan kuliah maupun akhir tahun.
Baca: Prof Umma Farida, Guru Besar Perempuan Pertama di IAIN Kudus
Begitupula saat menjadi narasumber acara maupun seminar yang menjadi kegiatan rutin dosen. Jangan hanya membuat power-point, tapi rancanglah esai sepanjang 5-7 halaman. Esai tersebut nantinya dapat diolah menjadi jurnal dan penelitian.
”Menjadi guru besar tidak hanya tentang kecerdasan, tetapi juga tentang strategi. Misalnya ketika liburan kuliah, atau akhir tahun saat orang-orang Eropa sedang libur musim dingin, kita manfaatkan untuk menulis jurnal sehingga saingannya berkurang. Begitupula ketika menjadi narasumber acara, jangan buat power-point tapi buat esai 5-7 halaman. Ketika itu konsisten dilakukan, maka mimpi yang kita rancang bisa tercapai!," pungkasnya.