Rabu, 19 November 2025

 

Lawan dzalim adalah adil, yang salah satu maknanya menempatkan sesuatu pada tempatnya. Atau, kalau menggunakan kalimat lain, ketidak-adilan adalah sumber kegelapan; dan keadilanlah yang akan mengantarkan cahaya; demikian jelas Anis.

Jika hati semakin gelap, lanjut Anis, maka telinga tak akan mampu mendengar kebenaran dan mata akan terhalangi dari melihat kebenaran. Saat itulah manusia tak ubahnya seperti ternak, bahkan lebih buruk. Yakni mudah digiring kemana-mana.

”Gelap adalah bathil, sesuatu yang tidak punya esensi, ia dianggap ada hanya karena ketidak hadiran cahaya. Jika hati menjadi gelap maka kita sulit membaca bimbingan dari Allah,” ujarnya.

Budayawan asal Pati itu mencontohkan, saat seseorang suka berbohong dan menjadi kebiasaan, lama-lama dia akan percaya bahwa kebohongannya adalah kebenaran.  Dan karena yakin dengan hal tersebut, akhirnya dia tertutup dari kebenaran yang menyalahi kebohongannya.

”Itulah kenapa orang-orang alim duhulu selalu membaca ulang dirinya, selalu mengkritisi, mengevaluasi, muhasabah terhadap dirinya sendiri. Karena mereka sadar tak ada manusia yang selalu benar,” ujarnya.

Anis juga menyebut manusia tak mungkin dapat berjalan tanpa adanya cahaya. Dia mengibaratkan, dalam kegelapan manusia hanya akan berjalan dengan meraba-raba dan hanya mampu berjalan saat ada petir.

”Namun kalau kita mendapat cahaya maka akan terbimbing terus menerus. Sebenarnya dengan berpuasa membuat kita bisa memiliki kesadaran dalam melihat. apakah masih ada di dalam kegelapan atau di tengah cahaya,” jelasnya.

Komentar

Terpopuler