Ia menambahkan bahwa pelatihan ini juga mendukung pengembangan keterampilan dasar riset dan literasi sains masyarakat, sekaligus sebagai upaya nyata mendorong ketahanan pangan berbasis potensi lokal.
Kegiatan ini pun disambut antusias oleh warga, terutama kalangan ibu rumah tangga dan pelajar yang mengikuti praktik pembuatan tepung secara langsung.
Metode pelatihan dikemas menarik dan interaktif, dengan disertai evaluasi hasil melalui diskusi kelompok, serta penyerahan modul pelatihan dan alat sederhana untuk praktik mandiri.
Berdasarkan hasil monitoring, pelatihan ini berhasil meningkatkan pemahaman peserta mengenai pemanfaatan bahan lokal serta kemampuan melakukan uji amilum secara mandiri. Bahkan, beberapa peserta menyatakan ketertarikannya untuk menjadikan produk olahan amilum sebagai cikal bakal usaha rumah tangga.
Program pengabdian ini juga menjadi bentuk nyata kontribusi UNDIP dalam menyinergikan pendidikan tinggi dengan pemberdayaan siswi MA NU Banat Kudus. Harapannya, praktik seperti ini dapat direplikasi di sekolah lain dengan potensi daerah lain yang serupa.
Murianews, Kudus – Tim dosen Universitas Diponegoro (UNDIP) menggelar pelatihan analisis fittokimia amilum dari umbi-umbian lokal untuk guru dan siswi MA NU Banat, Kudus, Jawa Tengah.
Kegiatan ini, bertujuan untuk mendorong pemanfaatan sumber daya hayati lokal melalui pendekatan ilmiah dan teknologi sederhana yang aplikatif.
Selain itu, tim pelaksana kegiatan yang diketuai oleh Prof Erma Prihastanti dari Fakultas Sains dan Matematika UNDIP juga bekerja sama dengan perangkat desa dan warga setempat untuk menyelenggarakan pelatihan.
”Temanya kemarin adalah Eksplorasi Sains Sederhana: Uji Fitokimia Amilum dari Bahan Nabati Lokal. Khusus untuk ini masyarakat diikutsertakan, juga guru dan siswi MA NU Banat, agar dapat mengetahui potensi produk pangan bernilai tambah dari bahan lokal seperti ganyong, gembili, uwi dan pisang tanduk,” kata Erma.
Pelatihan dilakukan secara langsung di lokasi, dimulai dengan penyuluhan mengenai konsep dasar amilum dan fitokimia,. Kemudian dilanjutkan dengan praktik laboratorium sederhana seperti uji lugol untuk mendeteksi kandungan amilum dalam umbi-umbian.
Peserta dibimbing dalam proses pemilihan bahan, ekstraksi, pengeringan, dan teknik penyimpanan yang sesuai standar.
”Kami ingin memberikan wawasan kepada guru dan siswi agar mengetahui lebih dalam potensi dan kandungan fitokimia dalam bahan pangan lokal,” ujar Prof Erma.
Peserta Antusias...
Ia menambahkan bahwa pelatihan ini juga mendukung pengembangan keterampilan dasar riset dan literasi sains masyarakat, sekaligus sebagai upaya nyata mendorong ketahanan pangan berbasis potensi lokal.
Kegiatan ini pun disambut antusias oleh warga, terutama kalangan ibu rumah tangga dan pelajar yang mengikuti praktik pembuatan tepung secara langsung.
Metode pelatihan dikemas menarik dan interaktif, dengan disertai evaluasi hasil melalui diskusi kelompok, serta penyerahan modul pelatihan dan alat sederhana untuk praktik mandiri.
Berdasarkan hasil monitoring, pelatihan ini berhasil meningkatkan pemahaman peserta mengenai pemanfaatan bahan lokal serta kemampuan melakukan uji amilum secara mandiri. Bahkan, beberapa peserta menyatakan ketertarikannya untuk menjadikan produk olahan amilum sebagai cikal bakal usaha rumah tangga.
Program pengabdian ini juga menjadi bentuk nyata kontribusi UNDIP dalam menyinergikan pendidikan tinggi dengan pemberdayaan siswi MA NU Banat Kudus. Harapannya, praktik seperti ini dapat direplikasi di sekolah lain dengan potensi daerah lain yang serupa.