Gandeng Gibran, Elektabilitas Prabowo Meningkat
Budi Santoso
Senin, 23 Oktober 2023 14:49:00
Murianews, Kudus – Setelah memutuskan menggandeng Gibran Rakabuming Raka, eleklabilitas Prabowo mengalami dampak. Beberapa hasil survei menyebut ada peningkatan pada elektibilitas Prabowo.
Gerindra secar resmi mengumumkan pasangan Prabowo-Gibran, pada Minggu (22/10/2023) kemarin. Keputusan ini diperkirakan akan menimbulkan perubahan dalam pola elektabilitas para calon presiden-wakil presiden yang ada.
Dari hasil survei sejumlah lembaga yang dilakukan dalam beberapa bulan terakhir, elektabilitas Prabowo-Gibran tergolong tinggi. Prabowo mendapat peningkatan elektabilitas jika berduet dengan Gibran di Pilpres 2024.
Bisa saja, berdasarkan hal inilah akhirnya Prabowo Subianto akhirnya memutuskan untuk menggandeng Gibran. Sebab ada dampak bagus dalam elektabilitasnya jika Prabowo dipasangkan dengan Gibran.
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro, seperti dilansir CNNIndonesia.com menyatakan elektabilitas Prabowo-Gibran menunjukan prosentase tertinggi. Dalam beberapa survey, Prabowo-Gibran melejit.
Namun demikian, tidak dipungkuri juga ada sentimen negatif terkait keputusan MK yang memberi kesempatan bagi Gibran bisa maju ke konstentasi pemilu Presiden. Masalah ini bisa menjadi problem utama yang bisa merusak elektabilitas Prabowo-Gibran di pilpres.
"Pada titik inilah Prabowo-Gibran punya pekerjaan rumah untuk terus merasionalisasi kepantasan duet ini melaju," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Senin (23/10/2023).
Berdasarkan hasil sigi Lembaga Survei Indonesia (LSI) misalnya, duet Prabowo-Gibran masih lebih tinggi ketimbang Ganjar Pranowo-Mahfud MD serta Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
Dalam simulasi yang dilakukan LSI pasca putusan MK, pasangan Prabowo-Gibran tercatat unggul dengan elektabilitas 35,9 persen. Sementara Ganjar-Mahfud dengan elektabilitas sebesar 26,1 persen dan Anies-Cak Imin dengan 19,6 persen.
Namun, dalam survey ini juga mencatat adanya masyarakat yang tidak setuju dengan keputusan MK. Namun prosentasenya 39,3 persen, dan masih lebih banyak yang setuju (46,3 persen).
Agung memandang tingkat persetujuan masyarakat terhadap keputusan MK bisa berubah seiring waktu. Terutama ketika sudah memasuki masa kampanye, isu ini tentu akan menjadi amunisi bagi lawan Prabowo-Gibran.
"Ada kemungkinan Prabowo-Gibran akan menghadapi masifnya kampanye negatif hingga kampanye hitam. Namun, efek negatif isu-isu soal politik dinasti baru akan masif setelah penetapan Capres-Cawapres dan masa kampanye," jelasnya.
Dipilihnya Gibran sebagai cawapres tidak bisa dipungkiri bakal membuat dukungan para simpatisan Jokowi mengalir kepada Prabowo. Saat ini tingkat kepuasan masyarakat terhadap kepemimpinan Jokowi dalam beberapa kesempatan masih tinggi.
"Secara kualitatif, suka atau tidak coattail effect (efek ekor jas) Presiden Jokowi dan restu tunggal istana akan mengalir ke Prabowo-Gibran. Walaupun nantinya akan berhadapan dengan publik yang masih pro-kontra dengan putusan MK," kata Agung lagi.
Murianews, Kudus – Setelah memutuskan menggandeng Gibran Rakabuming Raka, eleklabilitas Prabowo mengalami dampak. Beberapa hasil survei menyebut ada peningkatan pada elektibilitas Prabowo.
Gerindra secar resmi mengumumkan pasangan Prabowo-Gibran, pada Minggu (22/10/2023) kemarin. Keputusan ini diperkirakan akan menimbulkan perubahan dalam pola elektabilitas para calon presiden-wakil presiden yang ada.
Dari hasil survei sejumlah lembaga yang dilakukan dalam beberapa bulan terakhir, elektabilitas Prabowo-Gibran tergolong tinggi. Prabowo mendapat peningkatan elektabilitas jika berduet dengan Gibran di Pilpres 2024.
Bisa saja, berdasarkan hal inilah akhirnya Prabowo Subianto akhirnya memutuskan untuk menggandeng Gibran. Sebab ada dampak bagus dalam elektabilitasnya jika Prabowo dipasangkan dengan Gibran.
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro, seperti dilansir CNNIndonesia.com menyatakan elektabilitas Prabowo-Gibran menunjukan prosentase tertinggi. Dalam beberapa survey, Prabowo-Gibran melejit.
Namun demikian, tidak dipungkuri juga ada sentimen negatif terkait keputusan MK yang memberi kesempatan bagi Gibran bisa maju ke konstentasi pemilu Presiden. Masalah ini bisa menjadi problem utama yang bisa merusak elektabilitas Prabowo-Gibran di pilpres.
"Pada titik inilah Prabowo-Gibran punya pekerjaan rumah untuk terus merasionalisasi kepantasan duet ini melaju," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Senin (23/10/2023).
Berdasarkan hasil sigi Lembaga Survei Indonesia (LSI) misalnya, duet Prabowo-Gibran masih lebih tinggi ketimbang Ganjar Pranowo-Mahfud MD serta Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
Dalam simulasi yang dilakukan LSI pasca putusan MK, pasangan Prabowo-Gibran tercatat unggul dengan elektabilitas 35,9 persen. Sementara Ganjar-Mahfud dengan elektabilitas sebesar 26,1 persen dan Anies-Cak Imin dengan 19,6 persen.
Namun, dalam survey ini juga mencatat adanya masyarakat yang tidak setuju dengan keputusan MK. Namun prosentasenya 39,3 persen, dan masih lebih banyak yang setuju (46,3 persen).
Agung memandang tingkat persetujuan masyarakat terhadap keputusan MK bisa berubah seiring waktu. Terutama ketika sudah memasuki masa kampanye, isu ini tentu akan menjadi amunisi bagi lawan Prabowo-Gibran.
"Ada kemungkinan Prabowo-Gibran akan menghadapi masifnya kampanye negatif hingga kampanye hitam. Namun, efek negatif isu-isu soal politik dinasti baru akan masif setelah penetapan Capres-Cawapres dan masa kampanye," jelasnya.
Dipilihnya Gibran sebagai cawapres tidak bisa dipungkiri bakal membuat dukungan para simpatisan Jokowi mengalir kepada Prabowo. Saat ini tingkat kepuasan masyarakat terhadap kepemimpinan Jokowi dalam beberapa kesempatan masih tinggi.
"Secara kualitatif, suka atau tidak coattail effect (efek ekor jas) Presiden Jokowi dan restu tunggal istana akan mengalir ke Prabowo-Gibran. Walaupun nantinya akan berhadapan dengan publik yang masih pro-kontra dengan putusan MK," kata Agung lagi.