Rabu, 19 November 2025

Puasa memosisikan kita dari untuk tak dikendalikan oleh perut dan syahwat. Seperti kita tahu, catatan sejarah menunjukkan bahwa pembangunan sebuah peradaban acap didikte oleh pengendalian perut dan syahwat.

"Lebih-lebih di masa kini, di mana modernitas memanfaatkan sedemikian rupa kedua unsur tersebut sebagai dasarnya. Sepanjang hidup kita dikondisikan hanya untuk memenuhi kombinasi urusan perut urusan syahwat. Urusan makan dan bersenang-senang menjadi topik yang tak ada habisnya," tambahnya.

Dia mencontohkan, saat ini tak sedikit yang menjadi tak percaya diri hanya karena rumahnya tak bagus atau tak punya mobil maupun sebaliknya. Padahal hal itu tak serta merta membuat bahagia.

"Zaman dulu ketika tidak punya mobil apakah mereka tidak bahagia?," sentilnya.

Hal itu secara kasat mata menunjukkan bahwa manusia dikendalikan sesuatu diluar dirinya sendiri. Maka hanya kekuatan pengendalian dirilah yang bisa menuntun manusia untuk memilah mana yang benar-benar dibutuhkan ataupun tidak.

Kemampuan mengendalikan perut dan syahwat, pada tahap lanjut akan menjernihkan hati, dan kejernihan hati akan berimbas pada kejernihan pendengaran dan penglihatannya.

Hati yang jernih inilah yang akan mampu menangkap dan memantulkan cahaya ilahiah di tengah kegelapan malam keberadaan manusia. Cahaya yang akan menuntunnya untuk merealisasikan kebenaran. Sangat mungkin itulah salah satu makna lailatul qadar.

"Di mana lewat cahaya dari Allah kita melihat posisi diri di tengah semesta, sekaligus mengaktivasi potensi-potensi yang sudah ditipkan kepada kita,” tambahnya.

Begitu pula bila hal ini diterapkan dalam konteks kebangsaan. Cahaya Allah akan menuntun kita untuk melihat posisi bangsa sekaligus kemampuan untuk mengaktivasi segenap potensi bangsa Indonesia.

"Kita punya banyak potensi, yang bersifat fisik seperti kekayaan maritim dan pertanian misalnya. Hal itu tentu sangat potensial dikembangkan menjadi jauh lebih maksimal bila kita berhasil mengendalikan perut dan syahwat dan mengelolanya dengan kejernihan hati" imbuhnya.

Topik dalam Suluk Maleman yang digelar di rumah Adab Indonesia Mulia itupun menjadi bahan renungan bagi ratusan peserta yang melihat secara langsung maupun lewat berbagai kanal media sosial. Musik koleksi Sampak GusUran juga tetap setiap meramaikan jalannya acara

Komentar