Meski demikian, Prabowo tampaknya tidak terpengaruh oleh mitos tersebut. Kunjungan ini, menurutnya, adalah langkah strategis untuk mempererat hubungan bilateral sekaligus menegaskan posisi Indonesia dalam panggung internasional.
Keputusan Prabowo untuk tetap mengunjungi Mesir dapat dianggap sebagai simbol keberanian dan tekadnya untuk memprioritaskan kepentingan nasional di atas kepercayaan mitos.
Dengan membawa agenda diplomasi multilateral melalui D-8, Prabowo menunjukkan komitmennya untuk memperkuat kerja sama internasional. Sekaligus peran Indonesia sebagai pemimpin global.
Namun, kunjungan ini tidak hanya menjadi ujian dalam konteks diplomasi, tetapi juga akan diawasi dengan cermat oleh publik dalam konteks politik nasional. Mampukah Prabowo menepis mitos tersebut dan menuntaskan misinya di Mesir tanpa kendala? Hanya waktu yang akan menjawab.
Murianews, Jakarta – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, melakukan kunjungan kenegaraan ke Mesir. Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dan sejumlah anggota kabinet, melepas Prabowo di Lanud Halim Perdana Kusuma.
”Kunjungan ini akan menjadi kunjungan kenegaraan Presiden Republik Indonesia ke Mesir pertama sejak tahun 2013berarti 11 tahun," ujar Prabowo dalam konferensi pers singkat sebelum keberangkatannya, seperti dilansir Tempo.co.id.
Kunjungan Presiden Prabowo ke Kairo memiliki agenda penting, tidak hanya pertemuan bilateral dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi. Tetapi juga mengambil peran strategis dalam diplomasi multilateral.
Prabowo ke Mesir, mewakili Indonesia untuk menerima tongkat estafet kepemimpinan bergilir organisasi Developing-8 (D-8). Kepemimpinan Indonesia di D-8 akan dimulai pada 1 Januari 2025.
D-8 adalah organisasi kerja sama ekonomi yang didirikan pada 1997, dengan anggota terdiri dari delapan negara berkembang. Masing-masing Bangladesh, Mesir, Indonesia, Iran, Malaysia, Nigeria, Turki, dan Pakistan.
Sebagai pemimpin D-8 berikutnya, Indonesia diharapkan dapat memainkan peran penting dalam mendorong kerja sama ekonomi dan pembangunan di antara negara-negara anggota.
Kunjungan kenegaraan ini juga dibayangi oleh mitos yang telah lama berkembang di Indonesia. Sejarah mencatat bahwa beberapa Presiden RI yang mengunjungi Mesir berakhir kehilangan kekuasaan, baik melalui lengser atau akhir masa jabatan yang tidak mulus.
Meski demikian...
Meski demikian, Prabowo tampaknya tidak terpengaruh oleh mitos tersebut. Kunjungan ini, menurutnya, adalah langkah strategis untuk mempererat hubungan bilateral sekaligus menegaskan posisi Indonesia dalam panggung internasional.
Keputusan Prabowo untuk tetap mengunjungi Mesir dapat dianggap sebagai simbol keberanian dan tekadnya untuk memprioritaskan kepentingan nasional di atas kepercayaan mitos.
Dengan membawa agenda diplomasi multilateral melalui D-8, Prabowo menunjukkan komitmennya untuk memperkuat kerja sama internasional. Sekaligus peran Indonesia sebagai pemimpin global.
Namun, kunjungan ini tidak hanya menjadi ujian dalam konteks diplomasi, tetapi juga akan diawasi dengan cermat oleh publik dalam konteks politik nasional. Mampukah Prabowo menepis mitos tersebut dan menuntaskan misinya di Mesir tanpa kendala? Hanya waktu yang akan menjawab.