Dana tersebut akan digunakan untuk memperluas dukungan bagi kaum muda dan keluarga, dengan harapan dapat meningkatkan angka kelahiran yang mengkhawatirkan di negara tersebut.
Mengutip dari laman CNBC Indonesia, pemerintah Jepang sedang mengimplementasikan berbagai upaya untuk mengatasi resesi seks ini. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberikan subsidi langsung dengan nilai yang lebih besar kepada keluarga yang memiliki anak.
Selain itu, subsidi akan diberikan bagi keluarga yang membutuhkan bantuan keuangan dalam bidang pendidikan dan perawatan prenatal. Pemerintah juga mendorong adanya gaya kerja yang fleksibel dan cuti ayah.
Fumio Kishida menyatakan bahwa dia telah mengusulkan kebijakan untuk mengatasi penurunan angka kelahiran dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya, serta langkah-langkah untuk meningkatkan pendapatan bagi kaum muda dan generasi yang mengasuh anak.”Kami akan melanjutkan langkah-langkah ini untuk melawan penurunan angka kelahiran tanpa memberikan beban tambahan kepada masyarakat,” ujarnya.Pada tahun lalu, Jepang mencatatkan kurang dari 800.000 kelahiran, angka terendah sejak dimulainya pencatatan, sementara biaya perawatan lansia terus meningkat.
Karena itu, Kishida mengungkapkan keinginannya untuk mengalokasikan sekitar 3,5 triliun yen (US$ 25 miliar) selama tiga tahun ke depan untuk kebijakan tersebut.
Murianews, Jakarta – Jepang tengah menghadapi fenomena yang disebut sebagai “resesi seks” atau penurunan drastis dalam angka kelahiran. Untuk mengatasi masalah ini, Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, telah menyiapkan dana senilai US$ 25 miliar atau sekitar Rp 372,85 triliun.
Dana tersebut akan digunakan untuk memperluas dukungan bagi kaum muda dan keluarga, dengan harapan dapat meningkatkan angka kelahiran yang mengkhawatirkan di negara tersebut.
Mengutip dari laman CNBC Indonesia, pemerintah Jepang sedang mengimplementasikan berbagai upaya untuk mengatasi resesi seks ini. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberikan subsidi langsung dengan nilai yang lebih besar kepada keluarga yang memiliki anak.
Baca: Jokowi Sebut Tidak Ada Resesi Seks di Indonesia, Ini Sebabnya
Selain itu, subsidi akan diberikan bagi keluarga yang membutuhkan bantuan keuangan dalam bidang pendidikan dan perawatan prenatal. Pemerintah juga mendorong adanya gaya kerja yang fleksibel dan cuti ayah.
Fumio Kishida menyatakan bahwa dia telah mengusulkan kebijakan untuk mengatasi penurunan angka kelahiran dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya, serta langkah-langkah untuk meningkatkan pendapatan bagi kaum muda dan generasi yang mengasuh anak.
”Kami akan melanjutkan langkah-langkah ini untuk melawan penurunan angka kelahiran tanpa memberikan beban tambahan kepada masyarakat,” ujarnya.
Pada tahun lalu, Jepang mencatatkan kurang dari 800.000 kelahiran, angka terendah sejak dimulainya pencatatan, sementara biaya perawatan lansia terus meningkat.
Baca: 70 Negara Terancam Alami Resesi, Jokowi: Indonesia Harus Hati-Hati
Karena itu, Kishida mengungkapkan keinginannya untuk mengalokasikan sekitar 3,5 triliun yen (US$ 25 miliar) selama tiga tahun ke depan untuk kebijakan tersebut.