BMKG juga mencatat bahwa zona megathrust di selatan Yogyakarta telah memicu 12 kali gempa besar sejak tahun 1800. Salah satu kejadian terbaru adalah gempa berkekuatan 6,4 magnitudo di Bantul pada 30 Juni 2023.
”Ini merupakan catatan penting terkait dengan potensi dan bahaya gempa di selatan Yogyakarta dan selatan Jawa pada umumnya,” ujar Daryono dikutip dari Kompas.com, Sabtu (1/2/2025).
Murianews, Yogyakarta – Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang kerap mengalami gempa bumi.
Hal ini disebabkan oleh letaknya yang berada di kawasan Cincin Api Pasifik, sebuah wilayah tektonik aktif yang menjadi tempat pertemuan tiga lempeng dunia, yakni Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik.
Mengutip dari geodesigeodinamik.ft.ugm.ac.id, zona Cincin Api Pasifik berkontribusi terhadap hampir 90 persen dari kejadian gempa bumi di dunia, termasuk gempa-gempa besar yang berdampak luas.
Secara geografis, Yogyakarta terletak di antara Lempeng Indo-Australia di selatan dan Lempeng Eurasia di utara. Interaksi antara kedua lempeng ini sering memicu aktivitas seismik yang signifikan, sehingga wilayah ini lebih rentan terhadap gempa bumi.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, terdapat dua sumber utama penyebab gempa di Yogyakarta, yakni zona subduksi di laut dan Sesar Opak di daratan.
Zona subduksi di selatan Yogyakarta memiliki potensi gempa dengan magnitudo maksimum mencapai 8,7.
Sesar Opak, yang membentang di sekitar aliran Sungai Opak, merupakan patahan aktif yang dapat memicu gempa hingga magnitudo 6,6.
Sesar Opak mulai dikenal luas sejak gempa bumi dahsyat yang melanda Yogyakarta pada tahun 2006. Patahan ini membatasi Lajur Batur Agung dengan dataran rendah Yogyakarta dan memiliki lebar sekitar 2,5 kilometer.
Zona Megathrust...
BMKG juga mencatat bahwa zona megathrust di selatan Yogyakarta telah memicu 12 kali gempa besar sejak tahun 1800. Salah satu kejadian terbaru adalah gempa berkekuatan 6,4 magnitudo di Bantul pada 30 Juni 2023.
Selain gempa bumi, zona subduksi di selatan Jawa juga memiliki riwayat tsunami. Berdasarkan catatan BMKG, tsunami pernah terjadi di wilayah ini sebanyak delapan kali, yaitu pada tahun 1818, 1840, 1859, 1904, 1921, 1957, 1994, dan 2006 yang berdampak di Banyuwangi dan Pangandaran.
”Ini merupakan catatan penting terkait dengan potensi dan bahaya gempa di selatan Yogyakarta dan selatan Jawa pada umumnya,” ujar Daryono dikutip dari Kompas.com, Sabtu (1/2/2025).