Tidak hanya itu, Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga akan dilibatkan.
Kemudian pakar ilmu falak dari organisasi masyarakat Islam, anggota Tim Hisab Rukyat Kemenag, serta pimpinan organisasi Islam dan pondok pesantren juga akan turut serta.
”Keputusan yang diambil diharapkan dapat menjadi pedoman bersama bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah Ramadan,” tandas Abu Rokhmad.
Murianews, Jakarta – Kementerian Agama (Kemenag) bakal menggelar pemantauan hilal atau rukyatul hilal untuk menentukan awal Ramadan 2025 pada 28 Februari mendatang. Pemantauan ini akan dilakukan di 125 titik yang tersebar di seluruh Indonesia.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag, Abu Rokhmad mengatakan, pemantauan hilal ini melibatkan ahli falak dari Kantor Wilayah Kemenag, Kemenag Kabupaten/Kota, serta bekerja sama dengan Pengadilan Agama, organisasi masyarakat Islam, dan instansi terkait lainnya.
”Pemantauan hilal awal Ramadan akan dilakukan di 125 titik se-Indonesia pada 28 Februari mendatang,” ujar Abu Rokhmad, dikutip dari laman resmi Kemenag, Kamis (20/2/2025).
Berdasarkan perhitungan astronomi (hisab), ijtimak menjelang Ramadan diperkirakan terjadi pada Jumat, 28 Februari 2025, sekitar pukul 07.44 WIB.
Pada hari rukyat, ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia diperkirakan berada di atas ufuk dengan kisaran antara 3° 5,91’ hingga 4° 40,96’, sementara sudut elongasi berkisar antara 4° 47,03’ hingga 6° 24,14’.
Hasil pemantauan hilal dari berbagai daerah, beserta data hisab mengenai posisi hilal, akan dibahas dalam sidang isbat yang akan digelar pada hari yang sama di Auditorium H.M. Rasjidi, Kantor Kemenag Jakarta.
Sidang isbat akan dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk perwakilan duta besar negara sahabat, Ketua Komisi VIII DPR RI, Mahkamah Agung, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta sejumlah lembaga lain.
Libatkan BRIN...
Tidak hanya itu, Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga akan dilibatkan.
Kemudian pakar ilmu falak dari organisasi masyarakat Islam, anggota Tim Hisab Rukyat Kemenag, serta pimpinan organisasi Islam dan pondok pesantren juga akan turut serta.
”Keputusan yang diambil diharapkan dapat menjadi pedoman bersama bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah Ramadan,” tandas Abu Rokhmad.