Industri Tekstil Terancam, RI Berpotensi Kehilangan Rp 235 Triliun
Cholis Anwar
Kamis, 20 Februari 2025 17:11:00
Murianews, Jakarta – Industri tekstil dalam negeri tengah menghadapi tekanan besar akibat serbuan produk impor.
Kondisi ini membuat banyak perusahaan tekstil lokal terpaksa gulung tikar, meskipun sektor ini memiliki potensi ekonomi yang besar.
Ketua Asosiasi Produsen Serat & Benang Filamen Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta mengatakan, nilai ekonomi industri tekstil di Indonesia diperkirakan mencapai Rp 235 triliun per tahun.
Namun, potensi ini bisa lenyap jika tidak ada langkah konkret untuk membendung masuknya produk impor.
”Industri tekstil memiliki nilai tambah yang luar biasa. Misalnya, bahan baku seperti PX (Paraxylene) yang dibeli seharga Rp 5.000 per 0,30 kilogram dapat diolah menjadi 1 kg pakaian jadi senilai Rp 104.000 atau naik hingga 200 persen,” jelas Redma dikutip dari Kompas.com, Kamis (20/2/2025).
Berdasarkan data APSyFI, pada 2023 konsumsi garmen domestik mencapai 2,26 juta ton dengan nilai sebesar 15,18 miliar dolar AS.
Jika dihitung secara keseluruhan, nilai ekonomi industri tekstil bisa mencapai Rp 235 triliun per tahun.
Redma menjelaskan bahwa bahan baku seperti PX yang dibeli dari Pertamina sebanyak 600.000 metrik ton per tahun memiliki nilai sekitar Rp 10 triliun. Jika diolah dalam negeri, nilai tersebut bisa berkembang hingga Rp 235 triliun.
Terancam...
Selain itu, industri tekstil juga berkontribusi besar terhadap penerimaan pajak negara. Dengan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 11 persen, sektor ini diperkirakan mampu menyumbang hingga Rp 25 triliun per tahun.
Ditambah dengan pajak dari impor kapas, yang pada 2023 mencapai 611.550 metrik ton dengan harga Rp 31.000 per kilogram, negara berpotensi menerima tambahan pemasukan sekitar Rp 18,95 triliun per tahun.
”Dari PPN saja bisa mencapai Rp 25 triliun. Ini menunjukkan betapa besar multiplier effect dari industri tekstil terhadap ekonomi nasional,” ujarnya.



