Ia menekankan, keberagaman ini adalah kekayaan Islam Indonesia, yang membumi dan mewangi tanpa kehilangan kemurniannya.
”Maka tugas kita hari ini bukan hanya menjaga ritual, tapi menjaga makna. Bukan hanya mengingat peristiwa hijrah, tapi menghidupkan semangat hijrah dalam kehidupan nyata, baik di ruang keluarga, pendidikan, birokrasi, maupun media sosial,” ucap Menag.
Menag Nasaruddin Umar mengajak seluruh umat Islam Indonesia untuk menyambut tahun ini dengan tiga kata kunci: bersyukur karena masih diberi umur dan kesempatan; berhijrah, karena stagnasi adalah musuh masa depan; dan berkontribusi, karena iman yang sejati harus tampak dalam tindakan.
Murianews, Jakarta – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengajak seluruh umat Islam Indonesia untuk memaknai peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW, bukan sekadar perpindahan tempat, melainkan sebagai sebuah transformasi dari kegelapan menuju era yang terang benderang.
Menag dalam hal ini mengutip Surah At-Taubah ayat 20 Al-Quran, di mana di dalamnya terdapat risalah bahwa orang yang berhijrah dengan harta dan jiwa mereka lebih agung derajatnya di hadapan Allah.
”Hijrah dalam ayat ini bukan sekadar berpindah tempat, tapi berpindah arah. Dari gelap ke terang. Dari stagnan ke tumbuh. Dari biasa-biasa saja ke luar biasa dalam nilai dan kontribusi,” kata Menag Nasaruddin Umar di Jakarta, dikutip dari Antara, Kamis (26/6/2025).
Ia kemudian mengajak refleksi diri dengan mengukur keimanan dan ketakwaan masing-masing.
”Hari ini, mari kita tanyakan pada diri kita masing-masing. Sudah sejauh mana kita berhijrah dari rutinitas yang kering makna menuju amal yang bernilai? Sudahkah kita membawa Islam tidak hanya di kartu identitas, tapi juga dalam kejujuran, dalam kasih sayang, dalam tindakan sehari-hari?” terangnya.
Menurut Menag, Tahun Baru Islam tidak datang dengan kemeriahan pesta, melainkan hadir dalam kesunyian, zikir, dan refleksi yang hening.
Hal inilah yang dianggap sebagai kekuatan Tahun Baru Hijriah, di mana perubahan besar sering dimulai dari perenungan yang paling dalam.
Menag juga menyoroti bagaimana Muharam dirayakan dengan indah di banyak daerah di Indonesia, seperti Tabuik di Pariaman, Grebeg Suro di Jawa, dan doa bersama di kampung-kampung.
”Semua itu menunjukkan bahwa Islam dan budaya lokal kita tidak saling meniadakan, justru saling menguatkan,” ujarnya.
Keberagaman...
Ia menekankan, keberagaman ini adalah kekayaan Islam Indonesia, yang membumi dan mewangi tanpa kehilangan kemurniannya.
”Maka tugas kita hari ini bukan hanya menjaga ritual, tapi menjaga makna. Bukan hanya mengingat peristiwa hijrah, tapi menghidupkan semangat hijrah dalam kehidupan nyata, baik di ruang keluarga, pendidikan, birokrasi, maupun media sosial,” ucap Menag.
Menag Nasaruddin Umar mengajak seluruh umat Islam Indonesia untuk menyambut tahun ini dengan tiga kata kunci: bersyukur karena masih diberi umur dan kesempatan; berhijrah, karena stagnasi adalah musuh masa depan; dan berkontribusi, karena iman yang sejati harus tampak dalam tindakan.
”Selamat Tahun Baru Islam 1447 Hijriah. Semoga hijrah kita bukan hanya berpindah waktu, tapi berpindah kualitas hidup,” pungkas Menag.