Jumat, 21 November 2025

Murianews, Cirebon – Fenomena langit yang diduga meteor jatuh diikuti dengan dentuman keras, mengejutkan warga Cirebon dan wilayah sekitarnya pada Minggu malam (5/10/2025).

Peristiwa yang memicu kepanikan dan rasa penasaran masyarakat ini kini tengah diselidiki oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Warga melaporkan melihat bola api melintas sangat cepat di langit sekitar pukul 18.30 WIB sebelum terdengar suara ledakan yang menggema, yang diduga berasal dari meteor yang jatuh di dekat Tol Ciperna.

Thomas Djamaluddin, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa BRIN, menduga kuat bahwa sumber cahaya dan suara tersebut berasal dari meteor berukuran cukup besar.

”Saya menduga itu meteor yang melintas dari arah barat daya, memasuki wilayah Kuningan–Kabupaten Cirebon sekitar pukul 18.35–18.39 WIB,” kata Thomas.

Ia menjelaskan, dentuman keras yang terdengar merupakan gelombang kejut (sonic boom) yang dihasilkan saat meteor memasuki lapisan atmosfer yang lebih rendah dan bergesekan kuat dengan udara.

Gesekan yang masif ini menimbulkan tekanan besar hingga menghasilkan suara ledakan. Terbukti dengan adanya dentuman keras yang terdengar di Kuningan dan Cirebon.

Kemudian terdapat getaran kecil yang terdeteksi oleh sensor BMKG Cirebon pada pukul 18.39.12 WIB.

Laporan BMKG...

Hingga saat ini, Thomas menyebut belum ada laporan mengenai temuan benda asing atau kerusakan fisik di darat.

”Perlu waktu untuk mengonfirmasi apakah ada sisa meteor yang jatuh ke permukaan. Jika hanya meledak di udara, biasanya tidak menimbulkan dampak fisik di darat,” jelasnya.

Kepala Tim Kerja Prakiraan, Data, dan Informasi BMKG Stasiun Kertajati, Muhammad Syifaul Fuad, memastikan fenomena tersebut bukan disebabkan oleh faktor meteorologis maupun seismik.

”Dari sisi meteorologi, dentuman bisa disebabkan oleh sambaran petir, gempa bumi, atau longsor. Namun, saat kejadian, kondisi cuaca di wilayah Cirebon terpantau cerah berawan tanpa adanya awan konvektif atau aktivitas cuaca ekstrem,” jelas Fuad.

Ia juga menegaskan hasil pemantauan BMKG tidak menunjukkan adanya aktivitas getaran signifikan yang disebabkan oleh gempa bumi pada waktu bersamaan.

Fuad menambahkan, fenomena benda langit seperti meteor merupakan kewenangan lembaga antariksa seperti BRIN, bukan BMKG.

”Fenomena ini bersifat alami dan sering terjadi di berbagai belahan dunia, namun hanya sesekali terdengar oleh manusia. Ini termasuk langka, tetapi tidak berbahaya jika meteor meledak di atmosfer bagian atas,” tutup Fuad.

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler