Top, Seniman Asal Rembang Ini Bikin Lukisan Apik di Lahan Tambak
Dani Agus
Rabu, 22 November 2023 13:48:00
Murianews, Rembang – Lahan tambak di Rembang ternyata bisa dijadikan media untuk melukis. Seperti yang dilakukan Eggy Yunaedi, seorang perupa dan pegiat budaya bersama petani garam sedang melukis tambak dengan garam di kawasan situs Tambak Gede di Desa Dasun, Kecamatan Lasem.
Lukisan yang berada di atas lahan tambak berukuran 34 x21 meter itu terdapat gambar petani, naga, burung hong dan kubah masjid. Semua gambar itu menceritakan akulturasi budaya yang terjadi di Lasem.
Lukisan dari garam yang diperkirakan terbesar di Indonesia bahkan di dunia itu hasil karya perupa dan pegiat budaya asli Leteh, Rembang yang kini tinggal di Bekasi. Eggy tak sendirian dalam mengerjakan lukisan di kawasan alam itu. Ada 10 petani garam lokal, bernama Suparlin, Alip Alifandi, Sriyono, Mulyono, Bisri, Suyoto, Arip, Suroso, Sudirman, Supadi Nurkolis yang ikut membantu.
Eggy mengungkapkan, awal mula ide melukis di media tambak bermula ketika dia pulang ke Rembang dan melintas di tambak- tambak pinggir jalan. Ia merasa mereka melambai-lambaikan tangannya seolah ingin dilukis.
”Saya melihat bentangan tambak yang sudah diratakan halus, rata, kotak itu kok ibarat sebuah kanvas yang siap dilukis. Dan saat saya coba raba dan remas, ternyata garam itu material yang sangat elastis. Mau ditarik kemana ngikut, dibuat garis bisa, dibuat bidang, dibuat gradasi bisa, sangat memudahkan kita membuat citra 2 dimensi. Dari situlah saya ingin membuat karya dengan material garam di media tambak,” terangnya, dilansir dari laman Pemkab Rembang, Rabu (22/11/2023).
Eggy menjelaskan, ada diskusi panjang sebelum eksekusi melukis menggunakan empat ton garam ini. Setelah itu dilanjutkan pengeringan tambak dan menyiapkan pola selama tiga hari dan melukisnya tiga hari.
Lukisan garam ini mengisahkan profesi petani garam di Lasem. Diungkapkannya ada tujuh elemen yang mempengaruhi. Yakni, empat elemen alam berupa bumi, air, sinar matahari dan angin. Kemudian, tiga elemen kultural, terdiri dari kultur budaya China, Jawa dan Islam.
”Tiga elemen kulturalnya kami tunjukkan dari lukisan burung hong dan naga mencerminkan kultur China yang mempengaruhi. Petambak merasa sebagai orang Jawa, ada gunungan di situ dan ada beberapa simbol budaya Islam. Jadi ada tujuh rupa atau elemen yang kami simpulkan mempengaruhi kehidupan petani garam,” jelasnya.
Dalam proses melukis, Eggy dan para pemukia garam Dasun sempat was-was dengan intensitas curah hujan cenderung meningkat belakangan ini. Pasalnya air hujan bisa langsung merusak lukisan garam
”Menjelang hari H, di Rembang Lasem sisi selatan hujan deras. Sampai ada rekan yang nanya, acara besok jadi nggak, soalnya sini hujan deras. Alhamdulillah, sampai selesai acara, di Dasun tidak hujan deras,” ungkap Eggy sambil bersyukur.
Kepala Desa Dasun Sujarwo mengungkapkan, saat Eggy menyampaikan idenya untuk melukis tambak, Iapun langsung menyambutnya dengan antusias. Lahan tambak bengkok desa pun dipersilahkan untuk menjadi media lukisan.
Jarwo juga mengatakan melalui kegiatan ini sebagai tanda rasa syukur, atas hasil panen garam yang melimpah. Selain itu, untuk meneguhkan slogan Rembang Kota Garam.
”Soalnya saya rasakan kok belum ada event-event yang mengangkat Rembang sebagai Kota Garam,” kata Sujarwo.



