Cerita TKI asal Jepara Selamat dari Perang di Sudan
Faqih Mansur Hidayat
Rabu, 3 Mei 2023 13:23:46
Di tengah perang yang berkecamuk, keduanya bersyukur masih diberi keselamatan dan kembali ke kampung halamannya. Mereka nyaris kehilangan nyawanya saat masih bekerja di Sudan.
Dua pria tersebut yakni, Dian Purwanto (38), warga Desa Pancur, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara dan Saroji (48), warga Pucakwangi, Kabupaten Pati. Mata mereka pun berkaca-kaca saat tiba di Jepara.
Keduanya mendapatkan luka saat dievakuasi KBRI menggunakan bus. Bus yang ditumbangi mereka dari Khartoum, tempatnya bekerja mengalami kecelakaan.
’’Bus yang kami tumpangi menabrak batu besar. Jalannya memang rusak parah,’’ kata Dian.
Baca: Santri Jepara di Sudan Tiba di Kampung HalamanDian merupakan salah satu warga negara Indonesia yang dievakuasi kloter terakhir melalui jalur darat. Ada tujuh bus dalam kloter itu. Nahas, sopir busnya tak sanggup menghadapi medan jalan yang rusak parah.
Dian yang saat itu kelelahan hanya bisa tertidur di dalam bus. Saat bus mulai oleng, dia terbangun. Secara reflek, tangannya mencengkeram pegangan pada kursi.
’’Saya sempat merasakan bus hilang kendali. Setelah itu, saya tersadar sudah di ruangan rumah sakit,’’ ungkapnya yang sudah bekerja lima tahun di Sudan itu.
Saat terbangun, bahu kanannya tak bisa bergerak. Mulutnya lebam membiru dan sulit berbicara. Saat
Murianews menyalami tangannya, Dian pun masih meringis kesakitan.
’’Saya bantu angkat tubuh Dian. Saya yang masih sadar, asal angkat siapapun yang tergeletak,’’ kata Saroji menambahi.Saroji hanya terluka pada bagian pipi kanannya. Dia masih sadar betul ketika bus menabrak batu dan orang-orang di dalamnya bergeletakan. Sebisanya, dia bantu mengangkat dan menggendong siapapun yang bisa dijangkau.’’Ada orang yang saya lihat itu matanya seperti mau keluar. Saya tutupi pakai tangan. Darahnya sudah banyak sekali,’’ ungkap Saroji.Saroji bersyukur masih bisa selamat sampai tanah air. Apalagi, beberapa hari lagi anaknya akan menikah.
Baca: Ranperda RTRW Jepara Disahkan Dua Hari Lagi, Petambak Udang Karimunjawa Malah DemonstrasiPria yang bekerja di percetakan itu menceritakan, pusat perang berada dimana dia tinggal. Telinganya sudah sangat sering mendengar letusan senjata api.’’Sebentar-sebentar ada suara tembakan. Lalu kami harus tiarap. Sembunyi di balik tembok. Tapi sekarang
Alhamdulillah, saya bisa pulang. Bisa ketemu anak istri,’’ ungkap Saroji.Saroji dan Dian sepakat untuk tidak bicara kondisinya selama evakuasi kepada keluarga di kampung halaman. Mereka baru berani bicara setelah tiba di Jakarta. Editor: Zulkifli Fahmi
Murianews, Jepara – Dua Tenaga Kerja Indonesia (TKI) atau Pekerja Migran Indonesia (PMI) menceritakan pengalaman mencengangkannya saat bekerja di Sudan. Keduanya kini tiba di Pondok Pesantren Al Buruj Ngabul, Jepara, Selasa (2/5/2023) malam.
Di tengah perang yang berkecamuk, keduanya bersyukur masih diberi keselamatan dan kembali ke kampung halamannya. Mereka nyaris kehilangan nyawanya saat masih bekerja di Sudan.
Dua pria tersebut yakni, Dian Purwanto (38), warga Desa Pancur, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara dan Saroji (48), warga Pucakwangi, Kabupaten Pati. Mata mereka pun berkaca-kaca saat tiba di Jepara.
Keduanya mendapatkan luka saat dievakuasi KBRI menggunakan bus. Bus yang ditumbangi mereka dari Khartoum, tempatnya bekerja mengalami kecelakaan.
’’Bus yang kami tumpangi menabrak batu besar. Jalannya memang rusak parah,’’ kata Dian.
Baca: Santri Jepara di Sudan Tiba di Kampung Halaman
Dian merupakan salah satu warga negara Indonesia yang dievakuasi kloter terakhir melalui jalur darat. Ada tujuh bus dalam kloter itu. Nahas, sopir busnya tak sanggup menghadapi medan jalan yang rusak parah.
Dian yang saat itu kelelahan hanya bisa tertidur di dalam bus. Saat bus mulai oleng, dia terbangun. Secara reflek, tangannya mencengkeram pegangan pada kursi.
’’Saya sempat merasakan bus hilang kendali. Setelah itu, saya tersadar sudah di ruangan rumah sakit,’’ ungkapnya yang sudah bekerja lima tahun di Sudan itu.
Saat terbangun, bahu kanannya tak bisa bergerak. Mulutnya lebam membiru dan sulit berbicara. Saat
Murianews menyalami tangannya, Dian pun masih meringis kesakitan.
’’Saya bantu angkat tubuh Dian. Saya yang masih sadar, asal angkat siapapun yang tergeletak,’’ kata Saroji menambahi.
Saroji hanya terluka pada bagian pipi kanannya. Dia masih sadar betul ketika bus menabrak batu dan orang-orang di dalamnya bergeletakan. Sebisanya, dia bantu mengangkat dan menggendong siapapun yang bisa dijangkau.
’’Ada orang yang saya lihat itu matanya seperti mau keluar. Saya tutupi pakai tangan. Darahnya sudah banyak sekali,’’ ungkap Saroji.
Saroji bersyukur masih bisa selamat sampai tanah air. Apalagi, beberapa hari lagi anaknya akan menikah.
Baca: Ranperda RTRW Jepara Disahkan Dua Hari Lagi, Petambak Udang Karimunjawa Malah Demonstrasi
Pria yang bekerja di percetakan itu menceritakan, pusat perang berada dimana dia tinggal. Telinganya sudah sangat sering mendengar letusan senjata api.
’’Sebentar-sebentar ada suara tembakan. Lalu kami harus tiarap. Sembunyi di balik tembok. Tapi sekarang
Alhamdulillah, saya bisa pulang. Bisa ketemu anak istri,’’ ungkap Saroji.
Saroji dan Dian sepakat untuk tidak bicara kondisinya selama evakuasi kepada keluarga di kampung halaman. Mereka baru berani bicara setelah tiba di Jakarta.
Editor: Zulkifli Fahmi