Rabu, 19 November 2025


Sunarto (47), salah satu peternak ayam petelur di RT 3/RW 1 Desa Mambak, Kecamatan Pakisaji mengatakan, pada satu sisi dia senang dengan kenaikan harga. Namun di sisi yang lain dia merasakan betapa pusingnya menghadapi kenaikan harga telur yang tak wajar itu.

“Sebenarnya saya lebih suka harga yang standar atau stabil,” ujar Sunarto, Kamis (25/5/2023).

Kenaikan harga jual telur ternyata diiringi dengan kenaikan harga pakan ayam. Beriringan dengan naiknya harga telur selama dua pekan terakhir, harga pakan kualitas sedang satu karung ukuran 50 kilogram harganya berubah menjadi Rp370 ribuan, atau naik Rp200/kg.

“Secara umum mempengaruhi biaya produksi sampai 5 persen,” kata Sunarto.

Untuk menyiasati pembengkakan harga produksi itu, Sunarto berinisiatif membuat pakan sendiri. Dia membeli sendiri bahan-bahan seperti bekatul, jagung, dan konsentrat. Lalu dia giling sendiri.

Sayangnya, jagung juga susah didapat dan harganya mahal. Sehingga dia terpaksa harus membeli pakan jadi dengan harga lebih mahal.

Terkait dengan permintaan, Sunarto menilai masih stabil. Belum ada peningkatan atau penurunan yang signifikan. Hanya saja, para tengkulak banyak yang mengurangi pesanan karena khawatir harga sewaktu-waktu anjlok.BACA JUGA: Harga Telur di Jepara Pecahkan RekorSementara itu, Kabid Kesehatan Hewan dan Peternakan pada Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Jepara, Mudhofir memastikan stok telur di tingkat peternak terbilang mencukupi.Di Kota Ukir ada 37 peternak ayam petelur dengan produksi sehari 5,5 ton. Dengan kenaikan harga jual dan pakan saat ini, Mudhofir melihat produksi peternak stabil.“Kalau kondisi hari-hari normal, bisa mencukupi 50 persen mencukupi kebutuhan daerah. Kalau pada lonjakan di momen-momen tertentu dengan permintaan tinggi hanya mencukupi 40 persen,” jelas Mudhofir. Editor: Budi Santoso

Baca Juga

Komentar

Terpopuler