Rabu, 19 November 2025

Jepara, MurianewsKebaya selalu menjadi ikon yang tak terpisahkan dari sosok RA Kartini, pahlawan perempuan yang begitu berpengaruh dalam sejarah Indonesia. Bagi Kartini, kebaya bukan sekadar busana, melainkan sebuah simbol yang sarat dengan makna filosofis.

Baru-baru ini, Murianews.com mendapat kesempatan langka untuk melihat langsung kebaya dengan desain khas RA Kartini. Kebaya ini dipamerkan dalam acara workshop yang diadakan oleh Yayasan Darma Bhakti Lestari (YDBL) dengan tema ”Kebaya RA Kartini, Ikhtiar Menjadikan Memori Kolektif Bangsa” beberapa hari lalu.

Kebaya RA Kartini yang dipamerkan memiliki warna putih dan terbuat dari kain mori atau kain kafan. Tanpa motif apa pun, kebaya ini mencerminkan kesederhanaan dan kepolosan yang dimiliki Kartini.

Irwansyah, perwakilan dari YDBL, menginterpretasikan kebaya tanpa motif ini melambangkan keikhlasan dalam menerima keadaan, namun bukan berarti Kartini menerima segala ketidakadilan begitu saja.

”Namun tidak berarti menerima begitu saja. Kartini menunjukkan semangat perlawanan tetapi dengan kelonggaran dalam kebaya yang berarti memberikan gerak bebas termasuk idenya dan aktivitasnya," kata dia.

Kartini masa muda digambarkan sebagai perempuan sangat lincah sehingga disebut ”trinil”. Ia menyebut, pola kebaya Kartini yang longgar menunjukkan perempuan diberi kesempatan lebih bebas.

Sementara Ketua MGMP Tata Busana Kabupaten Jepara, Indria Mustika menyebut, kebaya Kartini umumnya terbuat dari bahan halus seperti sutra atau brokat, dengan warna-warna lembut dan elegan.

Dia menjelaskan, kisi-kisi kebaya Kartini versi Ibu Biyanti Alm menggunakan kain polos (katun) dengan lengan licin.

”Panjang lengan melebihi pergelangan tangan dengan lebar bahu lebih turun. Panjang kebayanya sampai di bawah panggul dan tidak membentuk badan,” kata dia.

Kebaya Kartini juga dikenal memiliki kupnat atau sekeng serta tanpa kancing, sehingga menggunakan peniti emas.

”Kebaya kartini menggunakan renda air dan model kebaya ke bagian bawah berbentuk lurus,” ujar Indria.

Editor: Cholis Anwar

Komentar

Terpopuler