Sebagian limbah medis disimpan di gudang penyimpanan Polres Jepara, sementara sisanya berada di Polsek Pakisaji.
”Kami masih berproses dalam penyelidikan. Kami telah mengumpulkan berbagai keterangan dari para saksi dan barang bukti. Kasus ini menjadi perhatian khusus kami untuk segera dituntaskan,” tegas AKP Yorisa.
Murianews, Jepara – Kepala Bidang Farmasi dan Alat Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Jepara, Silvy Alifia mengungkapkan, pihaknya telah berkomunikasi dengan perusahaan obat yang namanya tertera di kardus limbah medis yang dibakar sembarangan.
Namun, nama Perusahaan yang ada di kardus limbah medis itu mengaku jika obat bermerek hexymer itu bukan buatan mereka. Mengingat produksi obat serupa telah dihentikan sejak tahun 2016.
Silvy menduga adanya industri farmasi ilegal yang terlibat dalam kasus ini.
”Bisa dibuktikan dengan Nomor Izin Edar (NIE) yang tidak berlaku dan nomor batch yang tidak terdaftar,” ujarnya.
Dinkes Jepara juga telah meminta informasi tambahan dari Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Semarang, yang memastikan bahwa obat-obatan tersebut tidak lagi beredar secara legal.
Sebagai langkah preventif, Dinkes telah mengirimkan surat edaran kepada seluruh fasilitas kesehatan di Jepara, meminta agar pengelolaan obat dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Sementara itu, Kasatreskrim Polres Jepara AKP Yorisa Prabowo memastikan penyelidikan terkait kasus ini masih terus berlangsung.
Pihaknya telah memeriksa beberapa saksi dan mengamankan barang bukti berupa limbah medis.
Sebagian limbah medis disimpan di gudang penyimpanan Polres Jepara, sementara sisanya berada di Polsek Pakisaji.
”Kami masih berproses dalam penyelidikan. Kami telah mengumpulkan berbagai keterangan dari para saksi dan barang bukti. Kasus ini menjadi perhatian khusus kami untuk segera dituntaskan,” tegas AKP Yorisa.
Editor: Cholis Anwar
