Sapto menambahkan, desain pengembangan Embung Bapangan sebenarnya telah disiapkan. Salah satu rencana itu adalah pembangunan gedung edukasi yang akan digunakan sebagai sarana belajar, mengenai proses pengolahan air siap minum.
“Selain fasilitas air baku, kawasan ini sangat potensial untuk dijadikan wisata berbasis edukasi lingkungan,” ujar Wiwit.
Embung Bapangan, telah selesai dibangun oleh BBWS Pemali Juwana dan akan dilanjutkan oleh Direktorat Cipta Karya untuk pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA). Diharapkan bisa segera ada instalasi pengelohan air di embung ini.
“Jika instalasi pengolahan sudah dibangun dan beroperasi, maka kebutuhan air baku di wilayah kota bisa tercukupi, bahkan berpotensi surplus,” imbuh WIwit.
Wiwit menambahkan, pengajuan pembangunan IPA di Embung Bapangan akan diajukan ke Kementerian PUPR, bukan menggunakan APBD. Proposal ditargetkan masuk maksimal akhir Juni 2025 agar dapat direalisasikan tahun depan.
“Kita akan ajukan tahun ini, maksimal Juni harusnya kita masukkan supaya tahun depan bisa terealisasi. Mohon doanya,” pungkasnya.
Murianews, Jepara - Kawasan Kota Jepara, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng) hampir mengalami krisis air bersih. Karena sumber air baku semakin terbatas, Embung Bapangan diproyeksikan untuk bisa mengatasi krisis air bersih.
Direktur Utama Perumda Tirta Jungporo atau PDAM Jepara, Sapto Budiriyanto memaparkan, Embung Bapangan yang berada di Kelurahan Bapangan, Kecamatan Jepara itu memiliki kapasitas teknis sebesar 100 liter per detik. Namun saat ini baru diizinkan untuk pemanfaatan sebesar 50 liter per detik.
“Potensi embung cukup untuk kebutuhan air bersih setahun penuh, termasuk di musim kemarau seperti Agustus dan September,” jelasnya, Kamis (15/5/2025).
Kendati demikian, fasilitas pengolahan air bersih di Embung Bapangan belum mendukung secara maksimal. Menurutnya, pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) membutuhkan anggaran sebesar Rp40 hingga Rp45 miliar.
Di sisi lain, lanjut Sapto, ketiadaan alokasi dana membuat Perumda belum bersedia menerima pengelolaan embung dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juwana. Sehingga Embung Bapangan belum tereksplorasi manfaatnya secara maksimal.
“Sebetulnya mau diserahkan kepada pihak PDAM, tapi PDAM tidak berani untuk menerima karena belum punya anggaran untuk mengelola, mengoperasikan, dan pemeliharaannya,” imbuhnya.
Sapto menyebutkan saat ini kebutuhan air bersih wilayah kota masih defisit sekitar 36 liter per detik. Pelayanan kepada 21 ribu pelanggan masih mengandalkan 20 sumur air tanah, yang kapasitasnya terbatas.
Desain siap...
Sapto menambahkan, desain pengembangan Embung Bapangan sebenarnya telah disiapkan. Salah satu rencana itu adalah pembangunan gedung edukasi yang akan digunakan sebagai sarana belajar, mengenai proses pengolahan air siap minum.
Sementara itu, Bupati Jepara Witiarso Utomo menilai, selain sebagai sumber air baku, Embung Bapangan juga dinilai potensial untuk dikembangkan sebagai objek wisata edukasi. Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara berencana berkoordinasi dengan BBWS terkait izin pemanfaatan kawasan.
“Selain fasilitas air baku, kawasan ini sangat potensial untuk dijadikan wisata berbasis edukasi lingkungan,” ujar Wiwit.
Embung Bapangan, telah selesai dibangun oleh BBWS Pemali Juwana dan akan dilanjutkan oleh Direktorat Cipta Karya untuk pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA). Diharapkan bisa segera ada instalasi pengelohan air di embung ini.
“Jika instalasi pengolahan sudah dibangun dan beroperasi, maka kebutuhan air baku di wilayah kota bisa tercukupi, bahkan berpotensi surplus,” imbuh WIwit.
Wiwit menambahkan, pengajuan pembangunan IPA di Embung Bapangan akan diajukan ke Kementerian PUPR, bukan menggunakan APBD. Proposal ditargetkan masuk maksimal akhir Juni 2025 agar dapat direalisasikan tahun depan.
“Kita akan ajukan tahun ini, maksimal Juni harusnya kita masukkan supaya tahun depan bisa terealisasi. Mohon doanya,” pungkasnya.
Editor: Budi Santoso