Petinggi Desa Tunggulpandean, Khotibul Umam menyampaikan, gagasan itu lahir dari keprihatinan terhadap persoalan sampah yang terus menggunung. Sampai akhirnya mencoba melakukan inovasi pengolahan dan pemanfaatan sampah secara mandiri.
“Kami di pemerintahan desa berpikir bahwa pengelolaan sampah harus dimulai dari desa. Maka lahirlah inisiatif mendirikan bank sampah di bawah BUMDes, sebagai langkah nyata,” kata Umam, Kamis (22/5/2025).
Umam melihat, sejak diluncurkan program ini, pelan-pelan telah mendapatkan respons positif dari masyarakat. Pihaknya mengklaim, sekitar 60 persen warga bahkan terlibat aktif berpartisipasi dalam pengelolaan sampah ini.
“Bank Sampah Mandiri ini didirikan dengan bantuan dari dari PT PLN,” kata Umam.
Mekanismenya, petugas mengambil sampah dari rumah tangga dua kali dalam seminggu. Bila ada permintaan pengambilan harian, pihak BUMDes siap melayani dengan skema operasional yang berbeda.
Murianews, Jepara - Terbatasnya tempat pembuangan akhir (TPA) di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng) masih jadi pekerjaan rumah (PR) besar bagi pemerintah setempat. Beruntung, Desa Tunggulpandean, Kecamatan Nalumsari bisa berinovasi dengan mengelola sampah secara mandiri.
Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Pemerintah Desa (Pemdes) Tunggulpandean mendirikan bank sampah. Selanjutny melalui Bank Sampah yang ada ini, sampah-sampah rumah tangga dapat dikelola dan diolah di sana menjadi lebih berdaya guna.
Petinggi Desa Tunggulpandean, Khotibul Umam menyampaikan, gagasan itu lahir dari keprihatinan terhadap persoalan sampah yang terus menggunung. Sampai akhirnya mencoba melakukan inovasi pengolahan dan pemanfaatan sampah secara mandiri.
“Kami di pemerintahan desa berpikir bahwa pengelolaan sampah harus dimulai dari desa. Maka lahirlah inisiatif mendirikan bank sampah di bawah BUMDes, sebagai langkah nyata,” kata Umam, Kamis (22/5/2025).
Umam melihat, sejak diluncurkan program ini, pelan-pelan telah mendapatkan respons positif dari masyarakat. Pihaknya mengklaim, sekitar 60 persen warga bahkan terlibat aktif berpartisipasi dalam pengelolaan sampah ini.
“Bank Sampah Mandiri ini didirikan dengan bantuan dari dari PT PLN,” kata Umam.
Mekanismenya, petugas mengambil sampah dari rumah tangga dua kali dalam seminggu. Bila ada permintaan pengambilan harian, pihak BUMDes siap melayani dengan skema operasional yang berbeda.
Bank Sampah...
Tak hanya berhenti pada sistem pengambilan, lanjut Umam, ke depan pemdes juga berkomitmen meningkatkan sistem administrasi dan operasional bank sampah ke arah yang lebih modern dan tertata. Edukasi kepada masyarakat pun terus dilakukan agar pemilahan sampah dari rumah warga bisa menjadi budaya.
Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jepara (DLH Jepara), Aris Setiawan, menyebut Desa Tunggul Pandean sebagai salah satu role model dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Meski belum berstatus sebagai Desa Mandiri Sampah (DMS), desa ini menunjukkan inisiatif luar biasa.
“Dari sekitar 1.700 rumah tangga, hampir 60 persen telah memiliki kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan,” kata Aris.
Lebih membanggakan lagi, imbuh Aris, desa ini mulai menghasilkan produk-produk dari pengolahan sampah, seperti pupuk organik kemasan 4 kg, pupuk cair, hingga sabun pencuci piring berbahan dasar eco-enzyme.
“Ini patut ditularkan ke desa-desa lain. Dari total 184 desa dan 11 kelurahan di Jepara, baru 55 yang berstatus DMS. Selanjutnya untuk Desa Tunggulpandean akan kami dorong untuk menjadi DMS yang ke 56," lanjut Aris.
Editor: Budi Santoso