Berdasarkan data Badan Perencanaan, Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Jepara, abrasi terjadi di hampir seluruh wilayah pesisir.
Antara lain, di Desa Bondo, Kecamatan Bangsri, areal yang terdampak yaitu sawah kurang lebih 200 hektare di sepanjang 6 kilometer.
Lalu di Desa Balong, Kecamatan Kembang, sawah dan area wisata sekitar 1 hektare di sepanjang 1,0 kilometer. Di Desa Bumiharjo, Kecamatan Keling, areal terdampak berupa pemukiman sekitar 31 rumah dan tambatan perahu perahu sepanjang 1,0 kilometer.
Sedangkan di Desa Bandungharjo, Kecamatan Donorojo, areal yang terdampak berupa sawah dan pemukiman sekitar 16 hektare dan pemukiman lebih dari 180 rumah di sepanjang sekitar 5 kilometer.
Kemudian di Desa Jambu, Kecamatan Mlonggo, areal terdampak yaitu sawah lebih dari 39 hektare dan pemukiman kurang lebih 79 rumah di sepanjang sekitar 4 kilometer.
Dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Kamis (5/6/2025), Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara, kembali melakukan upaya konservasi wilayah pesisir. Ada 3.000 bibit mangrove ditanam di Pantai Tanggultlare, Kecamatan Kedung.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jepara Aris Setiawan mengatakan, langkah ini merupakan bagian dari program restorasi ekosistem. Ia menyebut, penanaman mangrove penting sebagai benteng alami pesisir.
Murianews, Jepara – Lebih dari 256 hektare area daratan di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng) lenyap dan berubah menjadi laut akibat ditelan abrasi.
Berdasarkan data Badan Perencanaan, Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Jepara, abrasi terjadi di hampir seluruh wilayah pesisir.
Antara lain, di Desa Bondo, Kecamatan Bangsri, areal yang terdampak yaitu sawah kurang lebih 200 hektare di sepanjang 6 kilometer.
Lalu di Desa Balong, Kecamatan Kembang, sawah dan area wisata sekitar 1 hektare di sepanjang 1,0 kilometer. Di Desa Bumiharjo, Kecamatan Keling, areal terdampak berupa pemukiman sekitar 31 rumah dan tambatan perahu perahu sepanjang 1,0 kilometer.
Sedangkan di Desa Bandungharjo, Kecamatan Donorojo, areal yang terdampak berupa sawah dan pemukiman sekitar 16 hektare dan pemukiman lebih dari 180 rumah di sepanjang sekitar 5 kilometer.
Kemudian di Desa Jambu, Kecamatan Mlonggo, areal terdampak yaitu sawah lebih dari 39 hektare dan pemukiman kurang lebih 79 rumah di sepanjang sekitar 4 kilometer.
Dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Kamis (5/6/2025), Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara, kembali melakukan upaya konservasi wilayah pesisir. Ada 3.000 bibit mangrove ditanam di Pantai Tanggultlare, Kecamatan Kedung.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jepara Aris Setiawan mengatakan, langkah ini merupakan bagian dari program restorasi ekosistem. Ia menyebut, penanaman mangrove penting sebagai benteng alami pesisir.
Mageri Segoro...
Upaya ini juga menjadi bagian dari edukasi kepada masyarakat untuk ikut serta menjaga kelestarian wilayah pesisir.
”Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia secara bermakna dan aplikatif,” kata Aris.
Aris menyebut, garis pantai Jepara yang mencapai 80 kilometer telah ditanami mangrove seluas 747,13 hektare. Namun, langkah tersebut dinilai belum cukup untuk mengatasi ancaman abrasi dan pencemaran laut.
Aris Setiawan menegaskan bahwa aksi nyata jauh lebih penting dibanding sekadar wacana. Pemerintah Kabupaten Jepara, lanjutnya, berharap momentum ini bisa memicu gerakan berkelanjutan.
Tujuannya untuk menjaga ekosistem laut dan pesisir sebagai penopang kehidupan masyarakat.
”Mari kita wujudkan semangat Mageri Segoro (memagari laut). Menjaga laut bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan langkah nyata,” jelasnya.
Editor: Dani Agus