Kamis, 20 November 2025

Murianews, Jepara – Ratusan keluarga di Desa Kedungmalang, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng) sedang dirundung sengsara. Pasalnya, air dari Perumda Tirta Jungporo atau PDAM Jepara mampet.

Warga di RT 3, 4 dan 5 RW 3 Desa Kedungmalang akhir-akhir ini menempatkan drum ukuran 120 liter di depan rumahnya. Mereka menunggu kiriman air bersih dari PDAM Jepara. Air yang biasanya lancar, tiba-tiba mampet.

Muhammad (60), Warga RT 5 bercerita, kondisi tersebut sudah berlangsung sejak musim kemarau berlangsung sekitar dua bulan lalu. Air sebagai kebutuhan dasarnya, kini menjadi barang langka. Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, ia hanya mengandalkan kiriman air dari truk tangki PDAM.

“Kalau dari PDAM itu sudah ngga ngalir kira-kira empat tahun, kalau butuh air disuplai dari tangki, biasanya datangnya 2-3 hari sekali,” katanya, Kamis (7/8/2025).

Parahnya, meski air dari PDAM tidak bisa mengalir dengan lancar ia mengaku masih mendapat tagihan bulanan sekitar Rp 25-30 ribu per bulan. Jika telat membayar tagihan, dia dikenai denda sebesar Rp3-5 ribu per bulan.

“Setiap hari tidak pernah ngalir tapi bulanannya masih tetep disuruh bayar, kalau tidak bayar dikenakan denda,” ungkapnya.

Kondisi yang sama juga dirasakan oleh Sri (60), warga RT 3 RW 3. Aliran air dari PDAM di rumahnya memang tidak pernah mengalir dengan lancar.

Tagihan Bulanan...

Saat air dari PDAM tidak mengalir, ia harus mengeluarkan biaya tambahan sebesar Rp 25 ribu per hari untuk memenuhi kebutuhan air di rumahnya. Sedangkan untuk air minum ia harus membeli lagi sebesar Rp 20 ribu per minggu.

Selain itu ia juga masih diharuskan untuk membayar tagihan bulanan dari PDAM sekitar Rp 26-38 ribu per bulan.

“Ini sudah dua hari mati (total), ngalirnya itu kadang lima hari, nanti mati lagi tiga hari, kadang seminggu. Ngalirnya memang tidak lancar, tapi kadang ya masih ngalir,” ujarnya.

Warga yang lain, Tarmiji (70), warga RT 3 RW 3. Setiap hari ia harus membeli air dengan harga Rp 25 ribu untuk 13 galon dengan ukuran 15 liter.

Sebelumnya, dia merupakan pelanggan PDAM. Namun saat ini jaringan air PDAM di rumahnya sudah diputus oleh petugas PDAM. Pemutusan itu dilakukan setelah ia menyampaikan keluhannya kepada petugas.

“Kalau sekarang saya sudah tidak kena tagihan, sudah lapor sama petugas akhirnya meteran airnya disegel. Kalau tidak lapor ya tetap bayar,” jelasnya.

Tarmiji mengungkap, dari pihak pemerintah desa sebenarnya sudah memberikan bantuan berupa sumur bor yang dialirkan ke rumah warga di blok RT 3-5 RW 3. Namun air tersebut asin sehingga tidak bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Editor: Budi Santoso

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler