Konser ini merupakan rangkaian Festival Musik Tradisional Indonesia (FMTI) Etho Groove Devanilaya, yang diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan RI.
Rangkaian konser ini berlangsung selama Sabtu-Minggu (15-16/11/2025). Festival ini bertajuk ”Suara-suara Leluhur dalam Genggaman Gen Z: Perjumpaan Musik Tradisi dan Teknologi Digital”.
Selama pertunjukan, akan ada tujuh grup musik tradisional yang tampil. Yaitu Padopokan Klapa Pitu dari Cilacap, Setyo Langon Budoyo dari Wonosobo, Dhom Sunthil dari Magelang.
Diketahui, Fanny Soegi tengah digandrungi kawula muda dengan suara lembutnya. Lagu berjudul Asmalibrasi, selalu ditunggu-tunggu para penggemarnya.
Direktur Program FMTO Gondrong Gunarto menyampaikan, festival ini lahir dari semangat untuk merayakan keberagamab bunyi Nusantara, menautkan tradisi dan kekinian dalam ruang perjumpaan yang hangat, terbuka serta kreatif.
”Melalui pertunjukan ini, kami berusaha menampilkan musik tradisi tidaklah artefak masa lalu. Melainkan denyut kehidupan yang terus berdialog dengan zaman,” kata Gunarto, Sabtu (15/11/2025).
Murianews, Jepara – Musisi papan atas Fanny Soegi akan menggelar konser di venue kura-kura raksasa di Pantai Kartini, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng), Minggu (16/11/2025).
Konser ini merupakan rangkaian Festival Musik Tradisional Indonesia (FMTI) Etho Groove Devanilaya, yang diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan RI.
Rangkaian konser ini berlangsung selama Sabtu-Minggu (15-16/11/2025). Festival ini bertajuk ”Suara-suara Leluhur dalam Genggaman Gen Z: Perjumpaan Musik Tradisi dan Teknologi Digital”.
Selama pertunjukan, akan ada tujuh grup musik tradisional yang tampil. Yaitu Padopokan Klapa Pitu dari Cilacap, Setyo Langon Budoyo dari Wonosobo, Dhom Sunthil dari Magelang.
Kemudian, ada Mukti Laras dari Pemalang, Carang Pakang dari Jepara, Pride Music Culture dari Purwodasi, Wasafola dan Rpmanz.Pitu dari Karanganyar. Sementara untuk bintang tamu utama, yaitu Fanny Soegi yang akan berkolaborasi dengan Gon Gun N Friends.
Diketahui, Fanny Soegi tengah digandrungi kawula muda dengan suara lembutnya. Lagu berjudul Asmalibrasi, selalu ditunggu-tunggu para penggemarnya.
Direktur Program FMTO Gondrong Gunarto menyampaikan, festival ini lahir dari semangat untuk merayakan keberagamab bunyi Nusantara, menautkan tradisi dan kekinian dalam ruang perjumpaan yang hangat, terbuka serta kreatif.
”Melalui pertunjukan ini, kami berusaha menampilkan musik tradisi tidaklah artefak masa lalu. Melainkan denyut kehidupan yang terus berdialog dengan zaman,” kata Gunarto, Sabtu (15/11/2025).
Musik Tradisional...
Gunarto sengaja menjadikan venue Kura-kura raksasa sebagai tempat konser. Alasannya, venue ini sangat ikonik dengan Kota Ukir.
Panggung pertunjukan akan dikonsep outdoor tanpa atap. Gunarto ingin menunjukkan kegagahan kura-kura raksasa itu kepada penonton.
”Ini yang menjadi tantangan kami. Panggung outdoor tanpa atap. Semoga saja tak hujan,” ujar Gunarto.
Sementara itu, Koordinator Kelompok Kerha Musik pada Direktorat Perfilman, Musik dan Media Baru, Direktorat Jenderal Kebudayaan pada Kementerian Kebudayaan, Irnie Wanda mengatakan, festival ini bertujuan untuk mendobrak ekosistem seni musim tradisional di Bumi Kartini.
Sebab pada kenyataannya, musik tradisional jarang mendapatkan panggung pertunjukan. Apalagi sampai tampil di panggung festival.
Dia menilai, potensi kebudayaan di Kabupaten Jepara besar dan menarik untuk diselami.
Carang Pakang misalnya, kelompok musik tongtek asal Desa Bandengan, Kecamatan Jepara misalnya, telah berhasil meramu alat-alat musik tradisional menjadi bunyi-bunyi yang enak di telinga semua kalangan.
Termasuk Gen Z yang dianggap mulai tak berselera dengan musik tradisional.
”Festival ini diharapkan bisa memicu festival-festival musik tradisional lain yang lebih keren,” pungkas dia.
Editor: Dani Agus