Agus menambahkan, dengan melibatkan anak muda dan akademisi, diharapkan regenerasi petani dapat berjalan lebih dinamis serta mendukung terciptanya pola pertanian yang berkelanjutan.
Salah satu peserta bimtek, Sabrina Azalia mengungkapkan antusiasmenya terhadap materi yang disampaikan. Ia mengaku mendapatkan wawasan baru yang tidak ia temui di bangku perkuliahan, seperti teknik pengukuran emisi gas rumah kaca dari kegiatan pertanian.
”Banyak hal baru yang saya pelajari, terutama soal mengukur gas rumah kaca yang tidak pernah saya temui di kampus,” kata Sabrina.
Murianews, Kudus – Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mengadakan bimbingan teknis (bimtek) bertema pertanian ramah lingkungan di Aula Dispertan Kudus pada Rabu (30/10/2024).
Kegiatan ini diadakan untuk memperkenalkan dan menerapkan standar praktik pertanian berkelanjutan yang mendukung kelestarian lingkungan.
Kepala Dispertan Kudus, Didik Tri Haryanto mengatakan, bimtek dilaksanakan selama dua hari, mulai Selasa hingga Rabu (29-30/10/2024).
Sebanyak 150 peserta, yang meliputi penyuluh pertanian, petani, mahasiswa, dan anggota pramuka, turut hadir dalam acara tersebut.
”Para peserta diberi pengetahuan tentang praktik pertanian ramah lingkungan, termasuk penggunaan pupuk dan pestisida secara bijak agar tidak merusak ekosistem,” ujar Didik Tri Haryanto kepada Murianews.com.
Kepala Badan Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Agus Hasbi menjelaskan, materi bimtek ini fokus pada konsep Good Agricultural Practice (GAP) serta teknik pengelolaan gas rumah kaca di sektor pertanian.
Materi ini, kata Agus, disesuaikan dengan kebutuhan spesifik di Kabupaten Kudus dan bertujuan memberikan wawasan kepada para peserta, termasuk generasi muda.
”Pemanfaatan teknologi dalam pertanian diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan menarik minat generasi muda untuk terlibat dalam sektor pertanian,” jelasnya.
Agus menambahkan, dengan melibatkan anak muda dan akademisi, diharapkan regenerasi petani dapat berjalan lebih dinamis serta mendukung terciptanya pola pertanian yang berkelanjutan.
Agus menekankan, pertanian modern tidak selalu mengharuskan petani untuk bekerja langsung di lahan, melainkan dapat memanfaatkan alat-alat canggih, termasuk teknologi informasi (IT), untuk pengamatan dan pemantauan hasil pertanian.
Salah satu peserta bimtek, Sabrina Azalia mengungkapkan antusiasmenya terhadap materi yang disampaikan. Ia mengaku mendapatkan wawasan baru yang tidak ia temui di bangku perkuliahan, seperti teknik pengukuran emisi gas rumah kaca dari kegiatan pertanian.
”Banyak hal baru yang saya pelajari, terutama soal mengukur gas rumah kaca yang tidak pernah saya temui di kampus,” kata Sabrina.
Editor: Cholis Anwar