Kamis, 20 November 2025

Murianews, Kudus – Harga cabai merah dari petani di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah turun drastis. Mulanya harga cabai merah dari petani Rp 25 ribu per kilogram, tapi saat ini harganya meringkuk di kisaran Rp 6 ribu per kilogram.

Salah satu petani asal Desa Kesambi, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, Ahmad Thoifur (25) menyatakan, turunnya harga cabai merah membuatnya rugi besar. Hasil panen terakhir tidak bisa mengembalikan modal tanam dan biaya perawatan.

”Tidak menutupi biaya tanam dan perawatan. Biaya tanam perlu pupuk yang saat ini mahal, belum perawatan, dan upah untuk memanen,” ujarnya kepada Murianews.com, Senin (25/11/2024).

Pada panen terakhir, ia hanya mendapat Rp 15 juta rupiah kotor. Dalam hitungannya, ia mengalami kerugian sebesar Rp 10 juta.

Padahal pada tahun sebelumnya ia berhasil mendapat Rp 160 juta kotor. Hasil itu ia dapatkan dalam dua kali panen dalam setahun.

Thoifur mengatakan, penurunan harga cabai ini sejak bulan Agustus 2024. Pada bulan itu harganya sudah Rp 10 ribu per kilogram. Harga memburuk mencapai Rp 6 ribu/kg pada bulan September 2024.

Ia menuturkan, saat ini harga cabai per kilogram paling bagus di angka Rp 10 ribu. Bahkan, sangat sulit untuk mencapai angka itu.

”Mungkin karena panen raya, stok melimpah jadi murah. Tapi di bulan November tahun 2023 itu harga cabai mahal-mahalnya bisa mencapai Rp 80 ribu per kilogram,” terangnya.

Kondisi ini diperparah...

Thoifur melanjutkan, kondisi ini diperparah dengan banyaknya hama tikus. Ia menyebut, tanaman cabainya habis dimakan tikus.

Selain itu, faktor cuaca juga mempengaruhi hasil tanamannya. Menurutnya, tanaman cabai sangat rentan dengan perubahan cuaca.

”Rugi besar ini, tidak seperti sebelumnya, sudah harga turun drastis, hamanya banyak. Tidak dapat apa-apa,” ungkapnya.

Ia berharap, pemerintah mengulurkan tangannya kepada para petani. Membantu masalah pupuk dan harga jual di pasaran agar tidak jatuh terlalu jauh.

Ia menginginkan, pemerintah juga mengadakan pelatihan-pelatihan. Sehingga, para petani memiliki pengetahuan yang lebih dalam bertani.

”Pelatihan merawat tanaman, menjaga dari hama, ukuran pemupukan dan sebagainya, paling tidak ada peningkatan SDM agar bisa lebih baik lagi,” pungkasnya.

Editor: Budi Santoso

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler