Pelaku itu melaporkan ke orang tuanya bahwa ia dipukul oleh gurunya. Lalu, orang tua dari pelaku marah dan mendatangi guru.
’’Bapaknya ini marah-marah ke guru tapi setelah itu dijelaskan kebenarannya. Bahwa sang anak yang salah karena melakukan bullying bukan seperti yang dibilang sebelumnya,’’ terangnya.
Setelah mendapat penjelasan itu, orang tua pelaku kemudian sadar. Anak yang melakukan bullying juga mengakui dan meminta maaf kepada temannya yang di-bully.
Riyanto menyatakan, kejadian ini yang disebut sebagai titik balik. Di mana anak yang tadinya salah akhirnya kembali ke jalan yang benar.
’’Film ini juga ingin menyampaikan kepada siswa terkait perilaku bullying yang sebenarnya ada di sekitar kita tapi tidak disadari. Ini juga merupakan salah satu model pembelajaran yang lebih segar,” sebutnya.
Murianews, Kudus – Siswa MI Darul Ulum 2, Desa Ngembalrejo, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah menyuarakan anti bullying melalui sebuah film pendek.
Waka Kurikulum dan Kesiswaan MI Darul Ulum 2, Riyanto mengatakan, film berdurasi 8 menit itu merupakan ide dari para siswa.
’’Saya tanya pada anak-anak kira-kira ide apa yang akan digunakan untuk filmnya. Persoalan apa yang sedang marak. Lalu anak-anak bilang bullying,’’ ujarnya kepada Murianews.com, Sabtu (30/11/2024).
Riyanto mengatakan, bahkan naskah dari film pendek itu dibuat anak-anak sendiri. Mereka menceritakan alurnya, lalu dibantu penyusunannya.
Dalam film pendek itu, ada delapan orang pemeran, meliputi lima siswa dan tiga guru. Untuk proses perekaman dibantu pihak luar, yakni Digitama IAIN Kudus.
’’Sebenarnya saya ingin semua pemeran dari siswa tapi karena butuh tokoh orang tua maka diambilkan dari guru. Ternyata agak susah kalau dari anak sendiri,’’ ungkapnya.
Adapun alur ceritanya menggambarkan, ada salah seorang anak melakukan bullying pada temannya. Namun, pelaku itu menyampaikan pada orang tuanya sesuatu yang berbeda dari kenyataannya.
Titik Balik...
Pelaku itu melaporkan ke orang tuanya bahwa ia dipukul oleh gurunya. Lalu, orang tua dari pelaku marah dan mendatangi guru.
’’Bapaknya ini marah-marah ke guru tapi setelah itu dijelaskan kebenarannya. Bahwa sang anak yang salah karena melakukan bullying bukan seperti yang dibilang sebelumnya,’’ terangnya.
Setelah mendapat penjelasan itu, orang tua pelaku kemudian sadar. Anak yang melakukan bullying juga mengakui dan meminta maaf kepada temannya yang di-bully.
Riyanto menyatakan, kejadian ini yang disebut sebagai titik balik. Di mana anak yang tadinya salah akhirnya kembali ke jalan yang benar.
’’Film ini juga ingin menyampaikan kepada siswa terkait perilaku bullying yang sebenarnya ada di sekitar kita tapi tidak disadari. Ini juga merupakan salah satu model pembelajaran yang lebih segar,” sebutnya.
Film ini di-lauching pada kegiatan Festival Literasi yang digelar MI Darul Ulum 2 Kudus, Sabtu (30/11/2024). Para siswa di sana diajak menonton bersama film karyanya sendiri.
Editor: Zulkifli Fahmi