”Pendidikan pranikah sangat penting agar calon pasangan tidak hanya fokus pada pernikahan sebagai momen sakral, tetapi juga siap menghadapi kehidupan setelahnya,” tambahnya.
Qamaruddin berharap pemerintah daerah, lembaga agama, dan masyarakat dapat bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya komitmen dan tanggung jawab dalam pernikahan.
Murianews, Kudus – Angka perceraian di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah menunjukkan tren penurunan sepanjang tahun 2024.
Berdasarkan data Pengadilan Agama (PA) Kudus, tercatat 1.233 kasus perceraian selama 2024. Angka ini menurun dibandingkan 1.268 kasus pada 2023 dan 1.307 kasus pada 2022.
Panitera Muda PA Kudus, Qamaruddin menjelaskan, mayoritas kasus perceraian tahun 2024 merupakan cerai gugat, yakni gugatan cerai yang diajukan oleh pihak istri. Dari total 1.233 kasus, sebanyak 976 di antaranya adalah cerai gugat.
”Faktor utama yang memicu perceraian masih didominasi masalah ekonomi. Banyak suami yang tidak menafkahi istri dan anak-anak, sehingga menyebabkan ketidakpuasan dalam rumah tangga,” ujar Qamaruddin kepada Murianews.com, Kamis (9/1/2025).
Qamaruddin juga menyebutkan jika judi online, yang sebelumnya menjadi salah satu penyebab perceraian, kini trennya cenderung menurun.
”Dulu, kasus judi online menjadi momok besar. Banyak suami yang menghabiskan pendapatan untuk berjudi, sehingga mengabaikan tanggung jawab terhadap keluarga. Namun, saat ini kasus seperti itu mulai berkurang,” jelasnya.
Penurunan angka perceraian di Kudus juga dipengaruhi oleh aturan sidang cerai yang lebih ketat. Salah satunya adalah kewajiban pasangan untuk berpisah selama minimal enam bulan sebelum mengajukan perceraian ke pengadilan.
”Biasanya, jika perkara sudah masuk ke PA, peluang untuk rujuk sangat kecil. Hanya sekitar satu dari sepuluh pasangan yang memutuskan untuk rujuk setelah kasusnya naik ke pengadilan,” terang Qamaruddin.
Edikuasi pernikahan...
Ia juga menyoroti pentingnya edukasi pernikahan untuk menekan angka perceraian. Menurutnya, pasangan yang akan menikah perlu memahami tanggung jawab dan komitmen dalam kehidupan rumah tangga.
”Pendidikan pranikah sangat penting agar calon pasangan tidak hanya fokus pada pernikahan sebagai momen sakral, tetapi juga siap menghadapi kehidupan setelahnya,” tambahnya.
Kemudian permasalahan rumah tangga, terutama yang berkaitan dengan ekonomi, memerlukan pemahaman mendalam dari kedua belah pihak.
Qamaruddin berharap pemerintah daerah, lembaga agama, dan masyarakat dapat bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya komitmen dan tanggung jawab dalam pernikahan.
Editor: Cholis Anwar
