Anggota Majelis Lingkungan Hidup PDM Kudus Shinta Anggaraeni mengatakan, bioaktivator sangat bermanfaat bagi proses penguraian sampah. Proses pembuatannya juga mudah.
”Ini bisa untuk mempercepat penguraian sampah dan membuat sampah organik tidak bau. Ini juga memiliki manfaat buat kompos dan sebagainya,” terangnya kepada Murianews.com, Minggu (9/2/2025).
Ia merincikan bahan dan alat yang bisa digunakan. Antara lain, air bekas cucian beras dua liter, air bekas cucian sayur dua liter, air kelapa dua liter, fermipan setengah bungkus, satu botol susu fermentasi.
Selanjutnya, ada susu satu botol, terasi setengah ons, kopi hitam lima sendok, gula merah 250 gram, dan molase 1 liter. ”Bahan itu dicampu jadi satu dalam wadah dirigen besar kemudian ditutup rapat lalu ditunggu beberapa hari,” ujarnya.
Para peserta sangat antusias dalam mengikuti pelatihan ini. Saat praktik pembuatan yang dipandu oleh Shinta, para peserta memperhatikannya dengan serius.
Selain pelatihan pembuatan bioaktivator, agenda itu juga diisi oleh edukasi pemilahan sampah oleh penggiat komunitas Kreasi Sampah Ekonomi Kota (Kresek) Kudus.
Pemateri dari Kresesk, Faesal Adam megatakan, konsep cegah, pilah, dan olah dalam pengelolaan sampah sangat penting dilakukan.
Murianews, Kudus – Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kudus, Jawa Tengah menggelar sebuah pelatihan terkait pengelolaan sampah. Salah satu materi yang diberikan adalah pembuatan bioaktivator, cairan pengurai sampah.
Anggota Majelis Lingkungan Hidup PDM Kudus Shinta Anggaraeni mengatakan, bioaktivator sangat bermanfaat bagi proses penguraian sampah. Proses pembuatannya juga mudah.
”Ini bisa untuk mempercepat penguraian sampah dan membuat sampah organik tidak bau. Ini juga memiliki manfaat buat kompos dan sebagainya,” terangnya kepada Murianews.com, Minggu (9/2/2025).
Ia merincikan bahan dan alat yang bisa digunakan. Antara lain, air bekas cucian beras dua liter, air bekas cucian sayur dua liter, air kelapa dua liter, fermipan setengah bungkus, satu botol susu fermentasi.
Selanjutnya, ada susu satu botol, terasi setengah ons, kopi hitam lima sendok, gula merah 250 gram, dan molase 1 liter. ”Bahan itu dicampu jadi satu dalam wadah dirigen besar kemudian ditutup rapat lalu ditunggu beberapa hari,” ujarnya.
Para peserta sangat antusias dalam mengikuti pelatihan ini. Saat praktik pembuatan yang dipandu oleh Shinta, para peserta memperhatikannya dengan serius.
Selain pelatihan pembuatan bioaktivator, agenda itu juga diisi oleh edukasi pemilahan sampah oleh penggiat komunitas Kreasi Sampah Ekonomi Kota (Kresek) Kudus.
Pemateri dari Kresesk, Faesal Adam megatakan, konsep cegah, pilah, dan olah dalam pengelolaan sampah sangat penting dilakukan.
Mengurangi Sampah di TPA...
”Kita harus bisa mencegah memproduksi sampah dengan menggunakan barang tidak sekali pakai, lalu apabila menghasilkan sampah kita juga harus memilahnya, tidak kalah penting untuk mengolah limbah rumah tangga," ujarnya.
Menurutnya, masyarakat jangan hanya bergantung pada bank sampah. Namun, masyarakat harus aktif dalam pemilahan dan pengelolaan sampah yang dihasilkan setiap harinya.
Oleh karena itu pelatihan ini digelar dengan harapan agar masyarakat dapat lebih aktif dalam memilah dan mengelola sampah di tingkat rumah tangga. Dengan demikian, dapat mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA.
Editor: Dani Agus