Tradisi ini memang benar adanya dan hingga kini masih dilakukan oleh pabrik-pabrik gula yang juga masih aktif melakukan produksi. Salah satunya adalah Pabrik Gula atau PG Rendeng di Kudus, Jawa Tengah.
Tradisi Manten Tebu memang menjadi penanda awal dari masuknya musim giling Pabrik Gula (PG) Rendeng Kabupaten Kudus. Tradisi yang konon katanya sudah berlangsung sejak zaman dahulu itupun dilaksanakan pada Kamis (24/4/2025) pagi tadi.
Dua buah tebu dari kebun yang berbeda disatukan dalam tradisi tersebut. Satu tebu menjadi mempelai pria dengan nama Sri Narendra Rosan Prakoso dari Peganjaran dan satu tebu lainnya adalah pengantin perempuan yang diberi nama Sri Ratu Rosan Ayu Nan Indah dari Tanjungrejo.
Dua tebu pilihan itupun kemudian diarak dari seberang jalan PG Rendeng Kudus, menuju mesin giling yang berada di dalam pabrik. Dengan iringan musik dan kesenian barongan, dua tebu itu akan diserahkan kepada pejabat pabrik dan setelahnya dilemparkan ke mesin giling.
Selain dua tebu itu, turut diarak dan diletakkan ke mesin penggiling pula tebu-tebu pengiring yang berjumlah puluhan itu. Puluhan tebu itu mewakili ratusan ribu tebu yang akan digiling di PG Rendeng tahun ini.
Murianews, Kudus – Tradisi manten tebu alias pengantin tebu baru-baru ini viral diperbincangkan, usai film horor Pabrik Gula viral di kalangan pecinta film tanah air.
Tradisi ini memang benar adanya dan hingga kini masih dilakukan oleh pabrik-pabrik gula yang juga masih aktif melakukan produksi. Salah satunya adalah Pabrik Gula atau PG Rendeng di Kudus, Jawa Tengah.
Tradisi Manten Tebu memang menjadi penanda awal dari masuknya musim giling Pabrik Gula (PG) Rendeng Kabupaten Kudus. Tradisi yang konon katanya sudah berlangsung sejak zaman dahulu itupun dilaksanakan pada Kamis (24/4/2025) pagi tadi.
Dua buah tebu dari kebun yang berbeda disatukan dalam tradisi tersebut. Satu tebu menjadi mempelai pria dengan nama Sri Narendra Rosan Prakoso dari Peganjaran dan satu tebu lainnya adalah pengantin perempuan yang diberi nama Sri Ratu Rosan Ayu Nan Indah dari Tanjungrejo.
Dua tebu pilihan itupun kemudian diarak dari seberang jalan PG Rendeng Kudus, menuju mesin giling yang berada di dalam pabrik. Dengan iringan musik dan kesenian barongan, dua tebu itu akan diserahkan kepada pejabat pabrik dan setelahnya dilemparkan ke mesin giling.
Selain dua tebu itu, turut diarak dan diletakkan ke mesin penggiling pula tebu-tebu pengiring yang berjumlah puluhan itu. Puluhan tebu itu mewakili ratusan ribu tebu yang akan digiling di PG Rendeng tahun ini.
Tebu-tebu pun digiling dan menandai dimulainya produksi gula di PG Rendeng.
Target giling...
Bupati Kudus Samani Intakoris, yang hadir dalam acara tersebut menyampaikan apresiasi atas komitmen PG Rendeng dalam melestarikan budaya lokal.
”Nanti ini bisa dipelajari oleh Disbudpar Kudus, apakah bisa masuk dalam kegiatan wisata daerah. Terima kasih kepada PG Rendeng yang memakai pakaian adat Kudusan. Artinya mereka membaca kearifan lokal kita, budaya kita,” ujar Samani.
Lebih lanjut, Bupati menyampaikan optimisme terhadap musim giling tahun ini. Target produksi ditetapkan sebesar 200 persen. Namun, ia berharap PG Rendeng bisa melampauinya hingga 300 persen.
”Kita harap hasil tahun ini bisa melebihi ekspektasi. Dari petani tebu akan diserap, yang paling penting adalah kualitas tebunya bagus. Kalau sampai kurang, kita siap menyerap dari luar daerah,” jelasnya.
Editor: Anggara Jiwandhana