Kamis, 20 November 2025

Khususnya yang melibatkan usia muda dan pelajar. Edukasi konvensional dinilai juga dinilainya belum cukup memberikan efek jera atau kesadaran penuh akan pentingnya disiplin berlalu lintas.

”Melalui simulasi ini, pelajar bisa melihat sendiri bagaimana dampak dari sebuah kelalaian. Mereka menyaksikan korban, luka, kerugian materiil hingga potensi kehilangan nyawa akibat pelanggaran. Ini diharapkan membekas lebih kuat di benak mereka ketimbang hanya sekadar mendengar atau melihat gambar di layar,” tegasnya.

Peserta sosialisasi kali ini difokuskan kepada sejumlah pelajar dari SD, SMP, hingga SMA di Kudus. Mereka tampak antusias dan terlibat aktif dalam sesi tanya jawab usai simulasi digelar.

Iptu Royke menambahkan, kegiatan ini akan menjadi program berkelanjutan dan akan menyasar berbagai lapisan masyarakat, tak hanya pelajar. Ia berharap inovasi ini dapat menjadi contoh bagi wilayah lain dalam mengedukasi masyarakat tentang keselamatan berkendara.

”Keselamatan adalah tanggung jawab kita bersama. Kami ingin membentuk budaya tertib berlalu lintas sejak dini dan dengan cara yang efektif. Semoga upaya ini dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa di jalan raya,” pungkasnya.

Editor Anggara Jiwandhana

Komentar

Terpopuler