Tradisi sakral ini berlangsung khidmat dan meriah, diikuti oleh ratusan warga Rahtawu. Mereka datang dari berbagai dukuh, dengan mengarak tujuh gunungan hasil bumi.
Koordinator acara, Abdul Kalim, menjelaskan, kirab Sapta Arga (tujuh gunungan) diawali dari petilasan Eyang Sakri menuju destinasi wisata Rahtawood Highland. Tujuh gunungan yang diarak merupakan simbol tujuh gunung yang mengelilingi Rahtawu.
Gunung-gunung yang dimaksud adalah Gunung Iring-Iring, Gunung Pasar, Gunung Ringgit, Gunung Kelir, Gunung Tunggangan, Puncak 29, dan Puncak Natas Angin. Semua mengelilingi wilayah Rahtawu.
Gunungan-gunungan tersebut berisi hasil bumi seperti palawija, sayuran, dan buah-buahan, sebagai simbol kemakmuran dan berkah tanah Rahtawu. Masyarakat desa juga ingin menghormati para leluhur yang diyakini menjaga desa dari bahaya.
”Kirab Sapta Arga dilakukan untuk menghirmati leluhur dan menghindarkan dari bahaya, serta wujud syukur ata keberkahan yang dilimpahkan. Sehingga nantinya bisa mendapat panen yang melimpah lagi,” ujarnya,Minggu (6/7/2025).
Murianews, Kudus – Sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur masyarakat Desa Rahtawu, KecamatanGebog, Kabupaten Kudus, menggelar tradisi Kirab Sapta Arga atau kirab tujuh gunungan. Tradisi digelar Minggu (6/7/2025).
Tradisi sakral ini berlangsung khidmat dan meriah, diikuti oleh ratusan warga Rahtawu. Mereka datang dari berbagai dukuh, dengan mengarak tujuh gunungan hasil bumi.
Koordinator acara, Abdul Kalim, menjelaskan, kirab Sapta Arga (tujuh gunungan) diawali dari petilasan Eyang Sakri menuju destinasi wisata Rahtawood Highland. Tujuh gunungan yang diarak merupakan simbol tujuh gunung yang mengelilingi Rahtawu.
Gunung-gunung yang dimaksud adalah Gunung Iring-Iring, Gunung Pasar, Gunung Ringgit, Gunung Kelir, Gunung Tunggangan, Puncak 29, dan Puncak Natas Angin. Semua mengelilingi wilayah Rahtawu.
Gunungan-gunungan tersebut berisi hasil bumi seperti palawija, sayuran, dan buah-buahan, sebagai simbol kemakmuran dan berkah tanah Rahtawu. Masyarakat desa juga ingin menghormati para leluhur yang diyakini menjaga desa dari bahaya.
”Kirab Sapta Arga dilakukan untuk menghirmati leluhur dan menghindarkan dari bahaya, serta wujud syukur ata keberkahan yang dilimpahkan. Sehingga nantinya bisa mendapat panen yang melimpah lagi,” ujarnya,Minggu (6/7/2025).
Doa bersama...
Setelah memimpin doa bersama, tokoh adat Rahatawu memercikkan air ke arah gunungan dan warga. Setelah kirab, tujuh gunungan dikumpulkan di lapangan dan didoakan bersama sebelum akhirnya diperebutkan warga sebagai wujud berbagi rezeki.
Acara ditutup dengan makan bersama dari nasi berkat yang dibawa warga, sebagai simbol kerukunan dan gotong royong. Tradisi kirab tujuh gunungan ini sempat vakum beberapa tahun, namun sejak dua tahun terakhir kembali digalakkan oleh seluruh warga Rahtawu.
”Sekarang kirab digelar bersama agar seluruh warga bisa guyub dan merasakan semangat yang sama serta mendapat keberkahan,” pungkasnya.
Editor: Budi Santoso