Satu hal yang disorot adalah mengenai sinergitas antara pendaki dengan upaya konservasi Muria. Termasuk harus adanya regulasi yang mengikat dan mengatur pendakian Muria.
Ketua Peka Muria Teguh Budi Wiyono mengatakan, penting sekali untuk para pendaki memahami upaya konservasi terutama di Pegunungan Muria. Baginya, para pendaki tidak hanya datang untuk menikmati alam Pegunungan Muria saja tapi harus ikut serta dalam menjaganya.
”Saat ini pendakian langsung, para pendaki yang tidak bertanggung jawab itu naik ke puncak ambil foto bagus, turun meninggalkan sampah dan kerusakan, perlu diberikan wawasan agar tidak ada yang seperti itu lagi,” ungkapnya, Sabtu (12/7/2025).
Menurutnya, harus ada komunitas pendakian yang mengetahui terkait konservasi. Para komunitas pendaki tidak hanya membuka jalur saja tapi juga menyalurkan wawasan terkait upaya merawat alam.
Pendaki juga wajib memahami Muria seperti apa, mulai dari luasannya dan isi di dalamnya. Jangan sampai ada aktivitas pendakian yang berujung pada kerusakan karena ketidaktahuan tersebut.
”Muria itu kecil kalau semakin hari semakin ramai, jangan sampai jalurnya rusak. Kebanyakan di sini jalur pendakian itu ada yang melintasi jalur macan tutul atau satwa dilindungi lainnya. Harus membatasi pendakian di bulan-bulan tertentu agar tidak terjadi kerusakan,” terangnya.
Murianews, Kudus – Memperingati lahirnya Yayasan Penggiat Konservasi atau Peka Muria yang kedua tahun, para penggiat menggelar sarasehan dan diskusi yang digelar di Buper Menawan pada Sabtu (12/7/2025).
Satu hal yang disorot adalah mengenai sinergitas antara pendaki dengan upaya konservasi Muria. Termasuk harus adanya regulasi yang mengikat dan mengatur pendakian Muria.
Ketua Peka Muria Teguh Budi Wiyono mengatakan, penting sekali untuk para pendaki memahami upaya konservasi terutama di Pegunungan Muria. Baginya, para pendaki tidak hanya datang untuk menikmati alam Pegunungan Muria saja tapi harus ikut serta dalam menjaganya.
”Saat ini pendakian langsung, para pendaki yang tidak bertanggung jawab itu naik ke puncak ambil foto bagus, turun meninggalkan sampah dan kerusakan, perlu diberikan wawasan agar tidak ada yang seperti itu lagi,” ungkapnya, Sabtu (12/7/2025).
Menurutnya, harus ada komunitas pendakian yang mengetahui terkait konservasi. Para komunitas pendaki tidak hanya membuka jalur saja tapi juga menyalurkan wawasan terkait upaya merawat alam.
Pendaki juga wajib memahami Muria seperti apa, mulai dari luasannya dan isi di dalamnya. Jangan sampai ada aktivitas pendakian yang berujung pada kerusakan karena ketidaktahuan tersebut.
”Muria itu kecil kalau semakin hari semakin ramai, jangan sampai jalurnya rusak. Kebanyakan di sini jalur pendakian itu ada yang melintasi jalur macan tutul atau satwa dilindungi lainnya. Harus membatasi pendakian di bulan-bulan tertentu agar tidak terjadi kerusakan,” terangnya.
Regulasi mengikat...
Teguh turut menyatakan, upaya konservasi dan pendakian di Pegunungan Muria juga membutuhkan regulasi yang mengikat. Regulasi tersebut sangat penting untuk batasan dalam rangka merawat alam Muria.
”Regulasi sangat butuh, bukan hanya dari Perdes saja tapi sudah seharusnya Perda karena cakupan Muria itu tidak hanya satu desa saja,” tegasnya.
Dalam kesempatan ini, sarasehan mendatangkan tiga narasumber lintas sektor. Hadir Anggota DPRD Jawa Tengah, Arif Wahyudi, APGI Jateng di Kawasan Muria, Budi Kusriyanto, dan Teguh Budi Wiyono dari Peka Muria.
Editor: Anggara Jiwandhana