Selain itu, unit usaha lainnya seperti pengelolaan kopi, jasa, wisata, dan pembudidayaan kambing juga mulai memperlihatkan potensi keuntungan.
”Untuk sektor ketapang kita pembudidayaan kambing, sebenarnya ada wacana pengembangan di susu perah tapi saat ini masih dalam tahap kajian, jadi sementara ini masih wait and see. Nanti kita hitung lagi profitnya,” ujarnya.
Khakim menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah desa, pengurus BUMDes, dan masyarakat agar roda ekonomi desa dapat berjalan seimbang.
”Pemdes, BUMDes, dan masyarakat ini tiga pilar utama. Kalau salah satunya tidak berjalan, maka BUMDes juga tidak akan bisa berkembang,” tegasnya.
Dengan sistem pembagian hasil yang transparan dan pengelolaan usaha yang terus berinovasi, BUMDes Tunggak Jati diharapkan mampu menjadi motor penggerak ekonomi desa sekaligus memperkuat kemandirian Desa Japan dalam jangka panjang.
Murianews, Kudus – Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tunggak Jati di Desa Japan, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, terus menunjukkan perkembangan positif.
Hingga Oktober 2025, laba bersih yang dicatatkan mencapai Rp 80 juta, naik dua kali lipat dibandingkan capaian tahun 2024 yang sebesar Rp 30 juta.
Direktur BUMDes Tunggak Jati Ahmad Khakim menjelaskan, pembagian laba bersih telah diatur dalam sistem yang disepakati bersama melalui musyawarah desa (Musdes) dan mengikuti ketentuan dari Kementerian Desa.
Laba tersebut dibagi ke empat pos utama, yaitu Pendapatan Asli Desa (PADes), insentif pengelola, laba ditahan, dan program tanggung jawab sosial (CSR).
”Tahun 2024 kita realisasikan PADes sebesar Rp 6 juta. Tahun ini proyeksinya sekitar Rp 14 juta, tapi sampai Oktober saja sudah tembus Rp 30 juta,” jelas Hakim.
Menurutnya, kenaikan laba ini tidak lepas dari kinerja berbagai unit usaha yang dijalankan BUMDes. Selama ini, tulang punggung keuangan operasional masih ditopang dari pengembangan jaringan internet wifi desa yang terus berkembang pesat.
Usaha lain...
Selain itu, unit usaha lainnya seperti pengelolaan kopi, jasa, wisata, dan pembudidayaan kambing juga mulai memperlihatkan potensi keuntungan.
”Untuk sektor ketapang kita pembudidayaan kambing, sebenarnya ada wacana pengembangan di susu perah tapi saat ini masih dalam tahap kajian, jadi sementara ini masih wait and see. Nanti kita hitung lagi profitnya,” ujarnya.
Khakim menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah desa, pengurus BUMDes, dan masyarakat agar roda ekonomi desa dapat berjalan seimbang.
”Pemdes, BUMDes, dan masyarakat ini tiga pilar utama. Kalau salah satunya tidak berjalan, maka BUMDes juga tidak akan bisa berkembang,” tegasnya.
Dengan sistem pembagian hasil yang transparan dan pengelolaan usaha yang terus berinovasi, BUMDes Tunggak Jati diharapkan mampu menjadi motor penggerak ekonomi desa sekaligus memperkuat kemandirian Desa Japan dalam jangka panjang.
Editor: Anggara Jiwandhana