Mustopa mengatakan, dalam menjalankan prosesi itu ada aturan yang harus ditaati peserta kirap. Di antaranya dilarang berbicara, makan, minum, maupun bercanda di sepanjang rute.
’’Ini bertujuan untuk menjaga kesakralan dan konsentrasi dalam merayakan momen bersejarah,’’ terangnya.
Pada kirab pusaka ini, semua peserta kirab mengenakan busana pakaian adat Jawa warna hitam dan bawahan kain batik serta penutup kepala.
’’Para peserta juga diminta serius agar merasakan kebersamaan dan semangat gotong royong yang erat dan menyatu dalam setiap langkahnya,’’ terangnya.
Mustofa berharap tradisi Kirab Pusaka Kiai Bismo tetap lestari dan terus dirayakan dalam semangat kebersamaan. Sebab, merayakan keunikan budaya lokal seperti ini adalah langka penting dalam melestarikan warisan nenek moyang dan memperkuat keberagaman budaya.
Murianews, Blora – Prosesi Kirab Pusaka Kiai Bismo dalam rangka Hari Jadi Blora ke-273 berlangsung khidmat, Jumat (6/12/2024) dini hari WIB.
Jalannya prosesi itu sebelumnya sempat diguyur hujan. Meski begitu, prosesi berlangsung dengan lancar.
Rangkaian Kirab Pusaka Kiai Bismo di Pendapa Dinas Bupati Blora dimulai dengan Cokekan dan Tari Persembahan. Tari tersebut diperagakan para pelajar Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Kegiatan itu dihadiri Ketua DPRD Blora Mustofa, Sekda Blora, para Asisten Bupati Blora, dan seluruh Kepala OPD hingga camat dan lurah/Kades.
Adapun kirab berawal dari Pendapa Rumah Dinas Bupati Blora. Kemudian berjalan menuju Jalan RA Kartini-Jalan Dr Soetomo, Jalan GunungSumbing, Jalan Pemuda, dan kembali ke Pendapa.
Kirab Pusaka Kiai Bismo juga diikuti sejumlahh kepala desa dan lurah di Kabupaten Blora, Pandemen Tosan Aji, Sedulur Sikep, Sedulur Ki Soreng Jipang, dan Sedulur Balungan Sangiran serta FPSBB.
Dalam sambutannya, Ketua DPRD Blora Mustopa mengatakan kegiatan Kirab Pusaka Kiai Bismo merupakan wujud pelestarian budaya Indonesia.
Keris pusaka ini merupakan peninggalan Bupati Blora terdahulu yang diwariskan secara turun-temurun kepada Bupati selanjutnya.
’’Ini menjadi tradisi melekat peringatan hari jadi Blora,’’ katanya.
Mustopa mengatakan, dalam menjalankan prosesi itu ada aturan yang harus ditaati peserta kirap. Di antaranya dilarang berbicara, makan, minum, maupun bercanda di sepanjang rute.
’’Ini bertujuan untuk menjaga kesakralan dan konsentrasi dalam merayakan momen bersejarah,’’ terangnya.
Pada kirab pusaka ini, semua peserta kirab mengenakan busana pakaian adat Jawa warna hitam dan bawahan kain batik serta penutup kepala.
Selama perjalanan juga harus hikmat dengan memanjatkan doa kepada Tuhan agar Kabupaten Blora hingga masyarakatnya diberikan keselamatan.
’’Para peserta juga diminta serius agar merasakan kebersamaan dan semangat gotong royong yang erat dan menyatu dalam setiap langkahnya,’’ terangnya.
Mustofa berharap tradisi Kirab Pusaka Kiai Bismo tetap lestari dan terus dirayakan dalam semangat kebersamaan. Sebab, merayakan keunikan budaya lokal seperti ini adalah langka penting dalam melestarikan warisan nenek moyang dan memperkuat keberagaman budaya.
Prosesi kirab pusaka dalam rangka peringatan Hari Jadi Blora ke-275 kali ini berlangsung dengan lancar. Selama pelaksanaan rintik hujan juga ikut mewarnai prosesi kirab pusaka.
Editor: Zulkifli Fahmi