Rabu, 19 November 2025

Murianews, Grobogan – MAN 1 Grobogan resmi memiliki perpustakaan digital. Perpustakaan bernama “Ki Hajar Dewantoro” itu diresmikan, Senin (4/3/2024).

Bersamaan dengan itu, MAN 1 Grobogan juga meresmikan laboratorium moderasi beragama. Peresmian itu ditandai dengan pemotongan pita yang dilakukan Kepala Kantor Kemenag Jawa Tengah Mustain Ahmad.

Hadir di kesempatan itu, Kepala Kantor Kemenag Grobogan Fahrur Rozi, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Grobogan Abu Mansur beserta jajarannya.

Kepala MAN 1 Grobogan Suprapto mengatakan, pemberian nama tersebut terinspirasi dari Bapak Pendidikan Nasional Indonesia Ki Hajar Dewantara.

Ia berharap, perpustakaan digital itu dapat memberikan manfaat atau dampak baik bagi dunia pendidikan, khususnya siswa-siswi MAN 1 Grobogan.

Suprapto mengungkapkan, peluncuran perpustakaan merupakan kerja sama banyak pihak. Dia pun menyamapaikan terima kasih kepada komite madrasah yang telah banyak membantu terkait kemajuan sarana prasarana yang ada di madrasah.

”Saya sangat bersyukur dan bangga atas berdirinya perpustakaan digital dan laboratorium moderasi beragama di MAN 1 Grobogan. Hal ini tidak lepas dari peran serta, bantuan, dan dukungan dari komite madrasah dan FKUB Kabupaten Grobogan,” ungkap Suprapto.

Kepala Kantor Kemenag Jawa Tengah Mustain Ahmad menjelaskan, para siswa dan insan kependidikan saat ini tidak bisa menghindar dari kemajuan teknologi. Hadirnya perpustakaan digital itu menjadi bagian dari perkembangan dari perpustakaan konvensional.

”Sejatinya perpustakaan digital bukan tentang tempatnya, melainkan tentang bagaimana cara kita mengaksesnya. Kita tidak perlu datang ke perpustakaan, karena perpustakaan digital bisa diakses melalui gawai atau handphone yang kita miliki. Sehingga dapat memudahkan kita dalam mengakses dan mengambil manfaat dari perpustakaan digital setiap saat tanpa terikat waktu dan tempat,” terangnya.

Dalam kesempatan itu, dia juga menyinggung tentang moderasi beragama dengan memberikan contoh tentang praktik-praktik moderasi beragama yang sudah Nabi Muhammad SAW ajarkan sejak zaman dulu.

”Nabi saat itu membuat kesepakatan dengan orang Yatsrib dengan mendirikan negara Madinah. Orang Yahudi boleh, orang Nasrani boleh, suku ini suku itu, tetapi kita membela bangsa yang sama, negara yang sama, Madinah. Kesepakatan tersebut dikenal dengan Piagam Madinah,” paparnya.

Mustain berharap ketika orang beragama sudah membuat kesepakatan-kesapakatan, maka hal tersebut harus dijaga dan ditaati. Termasuk kesepakatan berbangsa dan bernegara.

”Sama seperti kita yang sudah menyepakati komitmen NKRI, Pancasila, harus betul-betul kita jaga,” tandasnya.

Editor: Zulkifli Fahmi

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler