Rabu, 19 November 2025

Murianews, Grobogan – Dua orang di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, meninggal dunia karena penyakit leptospirosis sepanjang 2024. Secara total, dari catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Grobogan, ada 10 warga Grobogan yang terkena penyakit leptospirosis.

Untuk diketahui, leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Bakteri ini dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi. Beberapa hewan yang tergolong sebagai perantara penyebaran leptospirosis adalah tikus, sapi, anjing, dan babi.

Sub Koordinator Penanggulangan Penyakit Menular (P2M) Dinkes Grobogan Gunawan Cahyo Utomo menerangkan, pihaknya menemukan 10 kasus sejak Januari 2024. Dia mengatakan, enam kasus di antaranya merupakan probable dan empat sisanya berkategori suspek.

”Di antara 10 orang tersebut, ada dua yang meninggal dunia,” ujar dia, Selasa (3/12/2024).

Berdasarkan data yang dimilikinya, distribusi kasus leptospirosis tersebar di Kecamatan Kedungjati (1 kasus), Godong (1 kasus), Tegowanu (2 kasus) dan Tanggungharjo (2 kasus). Gunawan mengatakan, Grobogan sebenarnya tidak terdapat wilayah yang menjadi endemis.

”Tidak masuk endemis, namun berdekatan dengan daerah endemis seperti Demak,” imbuhnya.

Gunawan memaparkan, kasus leptospirosis termasuk sporadis. Dia mengatakan, biasanya penemuannya disebabkan kondisi lingkungan masyarakat yang kotor, seperti makanan yang tidak ditutup tudung saji.

”Jadi mudah terkena kencing tikus. Namun, setelah petugas kami melakukan penyisiran di lokasi kasus, rata-rata malah lingkungan rumah bersih. Dimungkinkan tertular dari sumber air di sawah atau parit yang tercemar tikus mati,” ucap dia.

Skrining Kontak Erat...   

Dia mengatakan, leptospirosis juga disebabkan aktivitas di kebun yang bersentuhan dengan bahan seperti tebon yang terpapar kencing tikus. Kemudian warga bersentuhan tanpa menggunakan alat pelindung sarung tangan.

”Setelah petugas kami melakukan skrining kontak erat serumah dan lingkungan, kami melakukan edukasi pada keluarga serta lingkungan sebagai upaya mencegah penularan, menjaga kebersihan diri lingkungan,” bebernya.

Atas kasus tersebut, pihaknya pun mengimbau kepada masyarakat yang beraktivitas di kebun, yakni untuk memakai alas kaki dan alat pelindung sarung tangan. Kemudian juga tidak membuang tikus mati di jalanan.

Dia mengatakan, dari puluhan kasus tersebut, gejala yang biasa dialami antara lain demam, nyeri sendi, sakit kepala, mual, muntah. Kemudian konjungtivitis dengan mata berwarna kuning kotor.

Editor: Dani Agus

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler