”Dalam dua bulan, dengan modal Rp 15 juta sampai Rp 20 juya untuk lahan 300 meter peesegi bisa mendapat omzet sekitar Rp 40 juta. Laba bersih sekitar Rp 20 juta per panen,” kata dia.
Kukuh mengatakan, untuk mendorong keterlibatan generasi muda, pihaknya juga aktif memberikan pelatihan, pembinaan, serta bantuan sarana produksi.
”Harapannya, anak muda melihat pertanian masa kini bukan lagi identik dengan mencangkul dan kerja kasar. Greenhouse adalah salah satunya. Ini yang coba kami kenalkan,” imbuh Kukuh.
Murianews, Grobogan – Jumlah petani padi di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah semakin minim. Saat ini sendiri jumlah petani aktif mayoritas didominasi usia 50 tahun ke atas.
Hal itu diungkapkan Plt Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Grobogan Kukuh Prasetyo Rusady, Rabu (23/7/2025).
Kukuh menyebut regenerasi petani menjadi persoalan yang mesti segera diatasi. Dengan demikian, sektor pertanian tetap berkelanjutan.
”Menarik petani milenial memang butuh effort (usaha, resd) tinggi. Rata-rata petani Grobogan saat ini sudah berusia 50-an tahun,” ujar dia.
Menurutnya, menarik minat generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian bukanlah perkara mudah. Diperlukan pendekatan yang tepat agar pertanian bisa terlihat menarik, modern, dan menjanjikan.
”Sekarang ini kan profesi petani dipandang kurang keren, padahal kalau kita lihat hasilnya sebenarnya sangat menjanjikan. Kita tahu, harga gabah sekarang sangat tinggi,” imbuhnya
Salah satu solusinya, menurutnya yakni pengembangan sistem pertanian modern berbasis green house, khususnya buah melon. Model pertanian tersebut dinilai lebih sesuai dengan karakter anak muda.
Menurut Kukuh, budidaya melon dalam green house saat ini menunjukkan prospek cerah. Dengan lahan sekitar 300 meter persegi, petani dapat meraih omzet sekitar Rp 40 juta dalam sekali panen.
Omzet menggiurkan...
”Dalam dua bulan, dengan modal Rp 15 juta sampai Rp 20 juya untuk lahan 300 meter peesegi bisa mendapat omzet sekitar Rp 40 juta. Laba bersih sekitar Rp 20 juta per panen,” kata dia.
Saat ini, jenis melon yang telah dibudidayakan di Grobogan antara lain Sweetnet dan Lavenders. Bahkan dengan perawatan intensif dan pemanfaatan teknologi, petani bahkan bisa panen hingga empat kali dalam setahun.
Kukuh mengatakan, untuk mendorong keterlibatan generasi muda, pihaknya juga aktif memberikan pelatihan, pembinaan, serta bantuan sarana produksi.
”Harapannya, anak muda melihat pertanian masa kini bukan lagi identik dengan mencangkul dan kerja kasar. Greenhouse adalah salah satunya. Ini yang coba kami kenalkan,” imbuh Kukuh.
Editor: Anggara Jiwandhana