Rabu, 19 November 2025

”Sejak awal, masjid tidak pernah dirombak, hanya sebatas pengecatan kecil-kecilan,” tambahnya.

Masjid ini juga memiliki empat saka atau tiang utama di bagian dalam. Awalnya hanya satu tiang di tengah, namun kemudian dikembangkan menjadi empat, sesuai ciri khas masjid Jawa yang digunakan sebagai tempat pertemuan para wali.

”Satu tiang asli masih disimpan di dalam menara belakang bagian selatan,” terang Gus Lizam.

Selain itu, meski letaknya di tepi Sungai Lusi, namun tak pernah membuat masjid itu terendam banjir. Hal ini berkat benteng bata merah sepanjang 80 meter dengan ketebalan 1,75 meter di sisi selatan.

Benteng tersebut dilengkapi sumur besar untuk menampung air. ”Kalau sungai meluap, air masuk ke benteng. Saat surut, air ikut keluar lagi, sehingga masjid tetap aman,” jelasnya.

Gus Lizam juga menuturkan kisah awal pendirian masjid. Saat itu, Ki Ageng Kafiluddin Jamal, putra Adipati Madura, diminta ayahnya mencari adiknya, Jamil.

Dalam pengembaraannya, ia singgah di kawasan yang kini menjadi Desa Menduran. Setelah memenangkan sayembara di wilayah Pati, ia mendapatkan sebidang tanah yang kemudian dijadikan tempat mendirikan masjid.

”Simbah membangun masjid di tepi sungai supaya tidak diketahui orang, sekaligus untuk berdakwah dengan tenang,” ujarnya.

Diwakafkan... 

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler