Minggu, 22 Juni 2025

Murianews, Kudus – Nama MNC Group saat ini tengah santer jadi perbincangan di Indonesia. Hal ini setelah keputusan kontroversialnya terkait larangan nobar tanpa seizin mereka selaku pemegang hak siar atau lisensi media right dan official broadcaster Piala Asia di Tanah Air.

Keputusan tersebut sontak membuat para pencinta sepak bola berang. Banyak di antara netizen menilai keputusan MNC Group ini memutus euforia pecinta sepak bola Tanah Air mengingat Timnas Indonesia berhasil melaju hingga semifinal dan bertemu Uzbekistan, Senin (29/4/2024) malam.

Lantas bagaimana sih profil MNC Group?

Berdasarkan situs resminya, PT MNC Asia Holding Tbk atau MNC Group didirikan di Jakarta pada tahun 1989 sebagai perusahaan sekuritas yang bernama PT Bhakti Investama.

Hary Tanoesoedibjo mendirikan perusahaan ini saat ia baru menyelesaikan pendidikan S2 di Kanada. Dia menjadi menjadi pendiri, pemegang saham, dan Presiden Eksekutif Bhakti Investama ketika usianya masih 24 tahun.

Sembilan tahun kemudian, PT Bhakti Investama mencatatkan pertama kali sahamnya di Bursa Efek Indonesia dan menjadi perusahaan terbuka pada 1997, dengan kode saham BHIT. Perusahaan ini pun mulai berkembang dengan cepat.

Setelah kejatuhan orde baru, Hary Tanoe melalui Bhakti Investama melakukan banyak aksi dengan merger dan akuisisi perusahaan lain. Hal ini membuat perusahaan ini menjadi grup dengan bisnis yang lebih luas.

Pada tahun 2001, Bhakti Investama mengambil alih sebagian saham PT Bimantara Citra Tbk, milik keluarga Presiden Soeharto. Ini menjadi pintu masuk pertama Hary Tanoe masuk ke bisnis media.

Bimantara merupakan salah satu korporasi terbesar di Indonesia pada masa orde baru. Bisnis perusahaan ini pun sangat banyak mulai dari otomotif, petrokimia, transportasi, perdagangan, telekomunikasi, hingga media.

Hary Tanoe kemudian merampingkan bisnis perusahaan tersebut, dengan fokus pada bisnis telekomunikasi dan media penyiaran. Nama perusahaan ini kemudian diubah menjadi PT. Global Mediacom Tbk.

Perusahaan-perusahaan yang berada di bawah bendera grup perusahaan Global Mediacom dan Bhakti Investama, di antaranya RCTI, MNCTV,dan Global TV, Stasiun radio Trijaya FM, dan Media Cetak Harian Seputar Indonesia, Majalah ekonomi dan bisnis Trust, dan tabloid remaja Genie.

Selain itu MNC Group memiliki 60 jaringan di stasiun TV, radio, surat kabar, hingga media online. Kini, semua perusahaan milik Hary Tanoe berada dibawah bendera MNC Group. Tak hanya keuangan dan media, bisnis MNC Group juga merambah bidang perhotelan hiburan pada tahun 2007.

Pada tahun 2022, MNC Group memperkuat pilar bisnis keempatnya yakni sektor energi. Kesuksesan bisnis MNC Group membawa pengaruh besar bagi Hary Tanoe. Sejak tahun 2007, dia selalu masuk daftar orang terkaya Indonesia yang dirilis oleh majalah Forbes.

Pada 2014, dia masuk peringkat 24 terkaya dengan kekayaah US$1,4 miliar. Meski kini sudah turun menjadi US$1,08 miliar. Sukses di dunia usaha, Hary Tanoesoedibjo pun merambah ke dunia politik.

Pada awal Oktober 2011, dia bergabung dengan ormas Nasional Demokrat (Nasdem), yang didirikan Surya Paloh, embrio Partai Nasdem. Hary Tanoe menduduki posisi sebagai ketua dewan pakar dan juga wakil ketua majelis nasional.

Pada 17 Febuari 2013, Hary Tanoe bergabung dengan Partai Hanura, yang didirikan Wiranto. Di partai ini Hary Tanoe langsung menduduki posisi ketua dewan pertimbangan, lalu menjabat Ketua Bapilu.

Dia juga maju sebagai bakal calon wakil presiden bersama bakal calon presiden Wiranto dari Partai Hanura.  Setelah Pemilu 2014, Hary Tanoe keluar Hanura. Dia kemudian mendirikan ormas Perindo.

Pada tahun 2015, ormas ini berubah menjadi partai politik dengan nama Persatuan Indonesia (Perindo). Partai Perindo mulai lolos sebagai peserta pada Pemilu 2019.

Komentar

Terpopuler