”Berbagai keterampilan ini relevan dengan tantangan para profesional komunikasi pada berbagai industri yang semakin kompetitif,” jelas Prof Puji.
Selama pelatihan, lanjutnya, peserta pelatihan dibagi menjadi empat kelompok. Mereka diminta untuk menyusun proposal audit komunikasi dengan studi kasus yang variatif.
Proposal yang telah disusun, kemudian dipresentasikan oleh setiap kelompok di hadapan para narasumber dan peserta lainnya.
Setelah itu, kedua narasumber memberikan masukan konstruktif dan membagikan panduan dalam menyusun proposal audit yang efektif.
Ia pun berharap pelatihan ini dapat memberikan keterampilan dalam penyusunan proposal audit komunikasi yang aplikatif. Selain itu, sebagai sarana mencetak auditor komunikasi yang andal.
”Kompetensi audit komunikasi bukan hanya sekadar menganalisis, namun juga berperan dalam membantu melihat bagaimana komunikasi dapat dikembangkan menjadi lebih terbuka, terpercaya, dan menjadi nilai tambah bagi organisasi,” tandasnya.
Murianews, Yogyakarta – Program Studi Magister Ilmu Komunikasi (Mikom) FISIP UPN Veteran Yogyakarta menggelar pelatihan Audit Komunikasi dengan tema ”Enhancing Transparency, Building Trust”, Sabtu (26/10/2024).
Acara yang digelar di Laboratorium Public Relations kampus ini diikuti 20 mahasiswa dengan menghadirkan dua praktisi berpengalaman dan riset komunikasi.
Kedua praktisi tersebut Endang Srihadi selaku peneliti kebijakan ekonomi sosial dan konsultan independen dan Direktur Riset dan Komunikasi IMAJIN Public Relations & Research Pranowo Tri Adhianto.
Koorprodi Mikom FISIP UPN Veteran Yogyakarta Assoc Prof Edwi Arief Sosiawan dalam sambutannya menegaskan dukungannya terhadap kegiatan tersebut.
Sementara itu, penginisiasi pelatihan sekaligus dosen pengampu mata kuliah Audit Komunikasi Prof Puji Lestari mengatakan, para mahasiswa sangat antusias mengikuti pelatihan ini.
Dia berharap, para mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat di perkuliahan dengan realita kebutuhan komunikasi korporat yang adaptif.
”Pelaksanaan pelatihan ini merupakan bentuk dukungan nyata bagi mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan analitis terhadap berbagai fenomena komunikasi korporat,” katanya.
Selain itu, audit komunikasi juga melatih mahasiswa untuk merancang strategi komunikasi yang efektif, mengelola reputasi, mengatasi krisis komunikasi, serta mengidentifikasi potensi masalah komunikasi.
”Berbagai keterampilan ini relevan dengan tantangan para profesional komunikasi pada berbagai industri yang semakin kompetitif,” jelas Prof Puji.
Selama pelatihan, lanjutnya, peserta pelatihan dibagi menjadi empat kelompok. Mereka diminta untuk menyusun proposal audit komunikasi dengan studi kasus yang variatif.
Proposal yang telah disusun, kemudian dipresentasikan oleh setiap kelompok di hadapan para narasumber dan peserta lainnya.
Setelah itu, kedua narasumber memberikan masukan konstruktif dan membagikan panduan dalam menyusun proposal audit yang efektif.
Ia pun berharap pelatihan ini dapat memberikan keterampilan dalam penyusunan proposal audit komunikasi yang aplikatif. Selain itu, sebagai sarana mencetak auditor komunikasi yang andal.
”Kompetensi audit komunikasi bukan hanya sekadar menganalisis, namun juga berperan dalam membantu melihat bagaimana komunikasi dapat dikembangkan menjadi lebih terbuka, terpercaya, dan menjadi nilai tambah bagi organisasi,” tandasnya.
Endang Srihadi selaku peneliti kebijakan ekonomi sosial dan konsultan independen menjelaskan pentingnya objektivitas, relevansi, dan pemahaman komprehensif ketika melakukan analisis audit komunikasi.
Ia menegaskan, analisis audit ini harus memperhatikan tingkatan analisis pada tingkat mikro atau makro perusahaan. Dengan begitu, analis bisa menentukan langkah strategisnya
”Melakukan audit pada perusahaan perlu mempertimbangkan apakah analisis dilakukan di level mikro atau makro, serta tetap memperhatikan narasi induk perusahaan dan tujuan strategisnya,” ujar Endang Srihadi.
Keselarasan narasi utama sesuai dengan visi-misi dan tujuan perusahaan menjadi penekanan yang penting agar hasil audit komunikasi sesuai dengan konteks perusahaan serta mencapai sasaran yang relevan.
Sementara itu, Pranowo Tri Adhianto menambahkan bahwa audit komunikasi sebaiknya diperlakukan layaknya medical check-up bagi perusahaan.
Dengan demikian, audit komunikasi bukan hanya dilakukan untuk mencari solusi ketika terjadi suatu masalah saja.
”Tetapi juga untuk menilai kondisi kesehatan komunikasi secara berkala serta memastikan seluruhnya berjalan optimal,” imbuhnya.
Editor: Supriyadi