Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat 134 kali guguran lava dalam sepekan terakhir, periode 28 Februari - 6 Maret 2025.
”Pada minggu ini, guguran lava teramati sebanyak 57 kali ke arah barat daya (hulu Kali Bebeng), 43 kali ke arah hulu Kali Krasak, dan 34 kali ke arah barat (hulu Kali Sat/Putih),” kata Agus dalam keterangan tertulisnya, Minggu (9/3/2025).
Analisis morfologi dari stasiun kamera Ngepos dan Babadan2 menunjukkan adanya sedikit perubahan pada kubah lava barat daya akibat aktivitas guguran.
Sementara itu, kubah tengah tidak menunjukkan perubahan signifikan. Volume kubah barat daya tercatat 3.546.200 meter kubik, dan kubah tengah 2.360.700 meter kubik.
Kegempaan juga masih tinggi, dengan 939 kali gempa guguran, 582 kali gempa fase banyak, 12 kali gempa tektonik, dan masing-masing 3 kali gempa vulkanik dangkal dan low frekuensi.
”Intensitas kegempaan pada minggu ini lebih tinggi dibanding minggu lalu,” ujar Agus.
Murianews, Yogyakarta – Aktivitas vulkanik Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah masih menunjukkan peningkatan.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat 134 kali guguran lava dalam sepekan terakhir, periode 28 Februari - 6 Maret 2025.
Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso, menjelaskan bahwa guguran lava tersebut teramati ke berbagai arah, dengan jarak terjauh mencapai 2 kilometer.
”Pada minggu ini, guguran lava teramati sebanyak 57 kali ke arah barat daya (hulu Kali Bebeng), 43 kali ke arah hulu Kali Krasak, dan 34 kali ke arah barat (hulu Kali Sat/Putih),” kata Agus dalam keterangan tertulisnya, Minggu (9/3/2025).
Analisis morfologi dari stasiun kamera Ngepos dan Babadan2 menunjukkan adanya sedikit perubahan pada kubah lava barat daya akibat aktivitas guguran.
Sementara itu, kubah tengah tidak menunjukkan perubahan signifikan. Volume kubah barat daya tercatat 3.546.200 meter kubik, dan kubah tengah 2.360.700 meter kubik.
Kegempaan juga masih tinggi, dengan 939 kali gempa guguran, 582 kali gempa fase banyak, 12 kali gempa tektonik, dan masing-masing 3 kali gempa vulkanik dangkal dan low frekuensi.
”Intensitas kegempaan pada minggu ini lebih tinggi dibanding minggu lalu,” ujar Agus.
Bisa Memicu Awan Panas...
Deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan EDM dan GPS tidak menunjukkan perubahan signifikan. Namun, data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung, yang dapat memicu awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya.
Status Gunung Merapi masih Siaga (Level III) sejak 5 November 2020, dan memasuki fase erupsi sejak 4 Januari 2021. Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya (Sungai Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng) dan sektor tenggara (Sungai Woro, Gendol). Lontaran material vulkanik dari letusan eksplosif dapat mencapai radius 3 kilometer dari puncak.
”Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya, mengantisipasi gangguan abu vulkanik, dan mewaspadai bahaya lahar terutama saat hujan di sekitar Gunung Merapi,” imbau Agus.