Rabu, 19 November 2025

Pentas seni dan budaya Papua tersebut sebelumnya menghadirkan mantan atlet nasional Serafi Anelies Unani.

Dalam sesi talkshow, Serafi berbagi kisah inspiratif, menekankan pentingnya kesiapan mental, kedisiplinan, dan konsistensi bagi generasi muda Papua dalam meniti pendidikan dan karier.

Namun, suasana menjadi tegang ketika sekelompok mahasiswa Papua menyatakan bahwa acara tersebut tidak representatif.

Kericuhan tak terhindarkan saat dialog antara panitia dan mahasiswa tidak menemukan titik temu.

Situasi memanas, menyebabkan beberapa kursi penonton rusak, anak-anak menangis ketakutan, dan pengunjung lainnya panik mencari jalan keluar.

Ketua Pelaksana acara, Freek Christiaan, menyesalkan adanya insiden ini. Ia menegaskan kegiatan ini murni untuk mengenalkan budaya Papua kepada publik, tanpa muatan politik atau kepentingan tertentu.

”Kami ingin memperkenalkan budaya tari-tarian Papua, sekaligus membangun persaudaraan antarsuku di Surabaya,” ujarnya.

Freek juga menyebut kegiatan ini telah mengantongi izin resmi dari Pemkot Surabaya melalui Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar), termasuk penggunaan area Kya-Kya secara gratis.

Ia berharap kekisruhan ini tidak memupus niat untuk terus menghadirkan ruang ekspresi budaya Papua di Surabaya.

 

Komentar