Inflasi juga terjadi pada kelompok pengeluaran yang lain, seperti kesehatan (2,11 persen yoy); perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (1,59 persen yoy); pendidikan (1,26 persen yoy); hingga transportasi (0,48 persen yoy).
Meskipun sebagian besar kelompok pengeluaran mengalami inflasi, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan masih mencatatkan deflasi sebesar 0,25 persen dengan andil minus 0,01 persen terhadap inflasi tahunan Oktober 2025.
Sementara menurut komponen, Pudji menyatakan seluruh komponen mengalami inflasi, baik komponen inti, komponen harga diatur pemerintah, maupun komponen harga bergejolak (volatile food), dengan inflasi tertinggi tercatat pada komponen harga bergejolak.
Ia menuturkan komponen inti tercatat mengalami inflasi tahunan 2,36 persen dengan kontribusi terhadap inflasi umum sebesar 1,52 persen. Selain emas, komoditas seperti minyak goreng dan kopi bubuk juga turut memberikan tekanan harga pada kelompok komponen tersebut.
Sementara itu, komponen harga diatur pemerintah naik 1,45 persen dengan andil inflasi 0,29 persen, terutama dipicu oleh kenaikan tarif air minum (PAM) di 14 wilayah serta harga sigaret kretek mesin (SKM).
Murianews,Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi tahunan Indonesia pada Oktober 2025 mencapai 2,86 persen (year-on-year/yoy).
Angka ini didorong oleh kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,01 pada Oktober 2024 menjadi 109,04 pada Oktober 2025.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, mengungkapkan bahwa komoditas emas perhiasan menjadi penyumbang terbesar inflasi tahunan tersebut, seiring dengan meningkatnya harga emas global yang langsung memengaruhi pasar domestik.
Melansir Antara, Pudji menyatakan, emas menjadi komoditas penyumbang utama inflasi tahunan pada Oktober 2025 dengan andil sebesar 0,68 persen, seiring dengan peningkatan harga emas global yang berdampak langsung terhadap pasar domestik.
Komoditas dengan andil inflasi terbesar lainnya adalah cabai merah (0,28 persen), beras (0,16 persen), tarif air minum PAM (0,14 persen), dan ikan segar (0,13 persen).
Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tahunan terbesar disumbang oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang naik 4,99 persen yoy dengan andil inflasi 1,43 persen.
Komoditas yang paling berpengaruh dalam kelompok tersebut ialah cabai merah, diikuti beras dan bawang merah.
Kelompok pengeluaran selanjutnya yang memberikan andil terbesar terhadap inflasi tahunan Oktober 2025 adalah kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang mengalami inflasi sebesar 11,87 yoy dan memberikan andil inflasi sebesar 0,77 persen.
Listrik Juga Jadi Penyebab...
Inflasi juga terjadi pada kelompok pengeluaran yang lain, seperti kesehatan (2,11 persen yoy); perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (1,59 persen yoy); pendidikan (1,26 persen yoy); hingga transportasi (0,48 persen yoy).
Meskipun sebagian besar kelompok pengeluaran mengalami inflasi, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan masih mencatatkan deflasi sebesar 0,25 persen dengan andil minus 0,01 persen terhadap inflasi tahunan Oktober 2025.
Sementara menurut komponen, Pudji menyatakan seluruh komponen mengalami inflasi, baik komponen inti, komponen harga diatur pemerintah, maupun komponen harga bergejolak (volatile food), dengan inflasi tertinggi tercatat pada komponen harga bergejolak.
Ia menuturkan komponen inti tercatat mengalami inflasi tahunan 2,36 persen dengan kontribusi terhadap inflasi umum sebesar 1,52 persen. Selain emas, komoditas seperti minyak goreng dan kopi bubuk juga turut memberikan tekanan harga pada kelompok komponen tersebut.
Sementara itu, komponen harga diatur pemerintah naik 1,45 persen dengan andil inflasi 0,29 persen, terutama dipicu oleh kenaikan tarif air minum (PAM) di 14 wilayah serta harga sigaret kretek mesin (SKM).