Jumat, 20 Juni 2025

Murianews, Pati – Angka demam berdarah atau demam berdarah di Kabupaten Pati tergolong tinggi. Dinas Kesehatan (Dinkes) Pati mencatat sebanyak 429 warga terjangkit penyakit ini, tiga di antaranya meninggal dunia. 

Kepala Dinkes Pati dr Aviani Tritanti Venusia menuturkan angka ini terhitung selama semester pertama tahun 2023 atau dari Januari 2023 hingga Juni 2023.

Jumlah ini diungkapkan dalam penilaian predikat Kota/Kabupaten Sehat (KKS) bersama pihak kementerian kesehatan di Pendapa Kabupaten Pati Rabu (26/7/2023). 

”Pada semester pertama tahun 2023 mencapai 429 kasus demam berdarah. Sebanyak tiga orang meninggal dunia,” ujar dia. 

Ia menjelaskan tingginya kasus DBD tidak hanya terjadi tahun ini saja. Dua tahun sebelumnya kasus DBD juga menyentuh angka ratusan kasus. 

Pada tahun 2021 misalnya, sebanyak 162 kasus terdeksi di Kabupaten Pati. Jumlah tersebut menyebabkan tiga orang meninggal dengan catatan medis terserang DBD. 

Angka DBD semakin memuncak di tahun 2022 lalu. Sebanyak 911 kasus dengan delapan orang di antaranya dinyatakan meninggal akibat terserang DBD. 

”Data DBD yang dipakai dalam penilaian tadi memang berasal dari tahun 2021 dan 2022 memang ada kenaikan. Seperti yang kita alami, di tahun 2022 cuaca ekstrem membuat angka perkembangan biakan nyamuk cukup tinggi,” kata Aviani. 

Aviani menilai permasalahan DBD berasal dari metode yang digunakan di akar rumput. Dirinya menyebut metode masyarakat untuk membasmi serta mencegah adanya perkembangan biakan nyamuk dinilai kurang efektif. 

Selama ini, Aviani menerangkan masyarakat lebih memilih metode fogging daripada gerakan pemberantasan sarang nyamuk atau PSN. Padahal menurutnya PSN dinilai lebih efektif seba  membunuh nyamuk sejak telur. Sedang pemberantasan dengan fogging hanya membunuh nyamuk dewasa saja. 

”Masyarakat lebih suka yang instans dengan cara fogging, kalau PSN waktu dan berasal dari  kesadaran sungguh-sungguh tiap individu,” pungkas Aviani. 

 

Editor: Supriyadi

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler