Kukut Saat Orde Baru, Wayang Potehi Kembali Pentas di Pati
Umar Hanafi
Kamis, 21 September 2023 16:46:00
Murianews, Pati – Seni pertunjukan khas masyarakat Tionghoa, Wayang Potehi kembali menggelar pentas di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Wayang ini sempat kukut atau tutup saat Orde Baru berkuasa di Indonesia.
Halaman Klenteng Hok Tik Bio, Pati Kota, disulap menjadi panggung wayang ini. Panggung kecil berwarna merah menyala berdiri dengan semarak alat musik khas masyarakat Tionghoa.
Wayang Potehi mempunyai cerita yang unik. Mengingat wayang tersebut sempat absen puluhan tahun dari masyarakat Kabupaten Pati. Saat zaman Orde Baru, wayang itu tak ditampilkan lagi. Pada tahun ini, wayang itu kembali unjuk gigi.
Ketua Umum Klenteng Hok Tik Bio Pati Eddy Siswanto mengatakan, tahun ini menjadi tahun pertama wayang potehi kembali ke Pati. Dirinya menyebut mandeknya wayang ini akibat pembatasan kegiatan yang terjadi saat kepemimpinan Presiden Soeharto atau Orde Baru.
”Namun ketika Gus Dur memimpin pagelaran wayang ini boleh di adakan lagi. Tetapi baru kali ini bisa mengadakan kembali untuk memperingati hari ulang tahun dewa bumi,” terang Eddy.
Pentas wayang potehi pertama di Kabupaten Pati itu berjalan sejak tanggal Jumat hingga Sabtu (15-23/9/2023). Nantinya pertunjukkan akan dibagi menjadi dua kali dalam setiap hari. Mulai dari pukul 15.30–17.00 WIB dan 19.00–21.00 WIB.
Eddy menambahkan, pentas wayang potehi yang berlangsung juga sudah mengadaptasi budaya lokal Indonesia. Salah satunya, dengan mencampur penggunaan bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia ketika pentas.
Pencampuran bahasa ini dimaksudkan agar pentas wayang potehi dapat dinikmati beberapa kalangan. Selain itu penggunaan bahasa campuran itu untuk kembali menarik minat generasi muda yang belum familiar dengan tradisi ini.
Bagi Eddy kehadiran wayang potehi di Pati bertujuan sebagai perantara doa. Dirinya berharap dengan terlaksananya wayang potehi Kabupaten Pati semakin ‘Gemah Ripah Loh Jinawi'.
”Istilahnya seperti kebudayaan sedekah bumi di tradisi Jawa. Selain berdoa juga ada pelengkap pewayangan,” kata Eddy.
Editor: Dani Agus



