Panen Raya Tapi Produksi Tembakau di Pati Turun, Ini Penyebabnya

Umar Hanafi
Sabtu, 28 September 2024 14:18:00

Murianews, Pati – Petani tembakau di Kabupaten Pati tengah menikmati panen raya saat musim kemarau 2024 ini. Namun produksi pertanian mereka menyusut lantaran dihadapkan dengan hama.
Salah satu wilayah penghasil tembakau di Kabupaten Pati yakni Para Desa Mantingan, Kecamatan Jaken. Kini, mereka sedang disibukkan dengan memproses hasil panen tembakau. Mulai dari merajang hingga menjemur daun tembakau.
Aktivis ini juga dilakukan Zaenal Abidin. Petani tembakau Desa Mentingan ini mengaku ketiban berkah setiap musim kemarau. Lantaran bisa menanam dan memanen daun tembakau.
Namun, kebahagiaannya tidak sebesar tahun lalu. Pasalnya, hasil tembakau di desanya tahun ini jauh berkurang daripada tahun lalu. Hama menjadi pemicu produksi tembakau menyusut.
”Hasil produksinya juga lebih baik tahun 2023 lalu. Sekarang turun. Kalau dulu satu petak bisa menghasilkan 5 kwintal sekarang hanya sekitar 3 kwintal. Ini karena hama banyak,” kata Zaenal Abidin kepada Murianews.com, Sabtu (28/9/2024).
Selain jumlah panen yang menyusut, harga tembakau tahun ini juga turun dibandingkan tahun lalu. Ia menyebut harga tembakau tiap kilogramnya sekarang antara Rp 35 hingga Rp 42 ribu perkilogram. Harga tersebut jauh dibandingkan harga tahun lalu yang bisa mencapai Rp 40 hingga Rp 48 ribu perkilogram.
”Harganya memang tergantung dari grade atau kualitasnya. Tapi memang mengalami penurunan dibanding tahun kemarin,” ujarnya.
Abid menyebut, tembakau miliknya itu sendiri diambil oleh perusahaan yang ada di Kabupaten Rembang. Mereka telah menjalin kemitraan dengan perusahaan pengolahan tembakau tersebut.
”Potensi desa ini untuk tembakau cukup bagus. Biasanya kami kirim 2 ball setiap satu minggu sekali,” tambahnya.
Meskipun demikian, para petani di desanya belum mempunyai niatan untuk mengganti komoditas saat musim kemarau. Pasalnya, tanaman tembakau lebih menguntungkan daripada tanaman lainnya.
Selain itu, tembakau dinilai lebih cocok di tanam di Desa Mantingan lantaran kondisi tanah dan ketersediaan air yang tidak terlalu banyak. Menutupnya, tembakau tak terlalu banyak membutuhkan air selain itu harga jualnya juga dinilai baik.
”Kalau dibandingkan jagung menurut kami lebih baik tembakau,” imbuhnya.
Dia menyebut, daun tembakau akan diambil secara berkala oleh perusahaan yang sudah bekerja sama dengan kelompok tani di desanya. Sebelum diambil perusahaan, daun tembakau hasil penen akan didiamkan selama dua hari.
Setelah didiamkan, daun tembakau akan dirajang dan kembali dijemur sekitar dua hari. Tembakau rajangan yang telah kering itu kemudian dikemas sebelum kemudian dikirim ke pabrik.
”Kalau varietas tembakau yang kami gunakan jenis tembakau nori,” pungkas dia.
Editor: Cholis Anwar