Selain korban meninggal dan hilang, setidaknya terdapat 13 korban luka-luka usai longsor yang terjadi pada Senin (20/1/2025) petang di Petungkriyono ini. Sebanyak 10 korban sudah membaik dan sisanya masih dirawat di rumah sakit (RS) terdekat.
”Ada 13 yang luka-luka. Sudah membaik. Masih 3 orang yang masih di RS,” tutur Nana Sudjana menambahkan.
Ia mengungkapkan bencana longsor di Petungkriyono ini terjadi lantaran cuaca ekstrem yang terjadi di Pulau Jawa, tak terkecuali di Provinsi Jawa Tengah. Selain longsor, cuaca ekstrem ini juga mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah.
”Banjir terjadi sekitar Grobogan, Demak, Pekalongan, Kendal, Brebes ada beberapa tempat juga terjadi banjir,” jelas Nana.
Murianews, Pati – Korban longsor di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah bertambah. Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana mencatat setidaknya terdapat 22 korban dan 5 orang hilang.
Hal ini diungkapkan Nana Sudjana kepada Murianews.com usai membuka kejuaraan Sirkuit Panahan Jateng IV di Stadion Joyokusumo Pati. Saat ini tim gabungan masih mencari sejumlah korban yang dinyatakan hilang.
”Longsor Petungkriyono Pekalongan. Saat ini sudah ditemukan 22 korban dalam keadaan meninggal dunia. Dari laporan masyarakat yang kita himpun ada 5 (korban) yang masih kita cari,” ujar Nana.
Selain korban meninggal dan hilang, setidaknya terdapat 13 korban luka-luka usai longsor yang terjadi pada Senin (20/1/2025) petang di Petungkriyono ini. Sebanyak 10 korban sudah membaik dan sisanya masih dirawat di rumah sakit (RS) terdekat.
”Ada 13 yang luka-luka. Sudah membaik. Masih 3 orang yang masih di RS,” tutur Nana Sudjana menambahkan.
Ia mengungkapkan bencana longsor di Petungkriyono ini terjadi lantaran cuaca ekstrem yang terjadi di Pulau Jawa, tak terkecuali di Provinsi Jawa Tengah. Selain longsor, cuaca ekstrem ini juga mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah.
”Banjir terjadi sekitar Grobogan, Demak, Pekalongan, Kendal, Brebes ada beberapa tempat juga terjadi banjir,” jelas Nana.
Cuaca Ekstrem...
Selain cuaca ekstrem, lanjut dia, peralihnya kawasan hutan menjadi perkebunan di daerah pegunungan juga memicu terjadinya longsor dan banjir di Jateng.
”Wilayah kita ada perbukitan dan pegunungan yang sudah beralih fungsi. Dari hutan kemudian menjadi lahan perkebunan,” tutur dia.
Ia mengaku sudah melakukan langkah antisipasi dengan penanaman pohon di kawasan pegunungan. Namun, upaya ini belum menuai hasil.
”Ini sudah kita lakukan penanaman pohon yang mampu menyerap air. Tapi terkadang masyarakat perlu kita ingatkan. Ini memang PR kami dari provinsi dan kabupaten/kota,” kata Nana.
Pihaknya juga sudah meminta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau rekayasa cuaca untuk mencegah terjadinya bencana.
Namun, menurutnya, rekayasa cuaca ini tidak bisa dilakukan terus menerus. Saat rekayasa cuaca tak dilakukan, cuaca ekstrem pun muncul di sejumlah kabupaten/kota di Jateng. Akibatnya, banjir, tanah longsor hingga puting beliung terjadi.
Bencana longsor Petungkriyono adalah bencana paling dahsyat yang saat ini terjadi. Kejadianya berlangsung pada Senin (22/1/2025) petang yang lalu.
Editor: Budi Santoso