Rabu, 19 November 2025

Ia mengaku tradisi ini sudah ada sejak tahun 1958 yang diprakarsai oleh Wedono Kawedanan Tayu. Tradisi ini terus dipertahankan oleh masyarakat Tayu hingga saat ini. 

”Menjadi kebudayaan tahunan. Untuk larung kerbau sebagai persyaratan sesaji yang telah dilakukan sejak dahulu. Sebelumnya tadi pagi juga ada kepala kambing yang ditempatkan di barat jembatan Tayu,” ungkap dia. 

Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Pati Rekso Suhartono menambahkan, tradisi ini berpotensi menarik wisatawan dari luar Kabupaten Pati.

Selain mempertahankan tradisi leluhur, ia pun mengungkapkan makna larung kepala kerbau. Menurutnya, larung kepala kerbau ini wujud syukur masyarakat. 

Sebelumnya, warga menyembelih kerbau dan dibagikan ke masyarakat. Larung kepala kerbau merupakan tradisi. Warga menaruh harapan agar Tuhan Yang Maha Esa memberikan keselamatan dan ketentraman. 

”Warga mengucapkan syukur dengan menyembelih kerbau. Efeknya juga membuat ekonomi bergeliat. Menyedot animo masyarakat dan bisa menjadi wisata. Apalagi desa ini sudah menjadi desa wisata,” pungkas dia. 

Editor: Supriyadi

Komentar

Terpopuler